Mengapa Sang Unta Memilih Rumah Abu Ayyub Al-Anshari?

Abu Ayyub Al-Anshari, sesuai dengan namanya, beliau adalah sahabat Rasulullah SAW yang berasal dari Madinah. Seseorang yang nama aslinya Khalid bin Zaid bin Kulayb sangat terkenal dalam sejarah Islam. Abu Ayyub Al-Anshari dikenal sebagai salah seorang mujahid yang turut serta berjuang untuk menaklukkan Konstatinopel. Karena semangat juang membela islam beliau sangat tinggi, ketika wafat Abu Ayyub Al-Anshari dimakamkan dibawah benteng Konstatinopel sesuai dengan permintaan beliau.

Selain semangat berperang demi kejayaan Islam yang sangat tinggi, beliau sangat dikenal karena rumah beliau pernah ditinggali oleh Rasulullah SAW. Hal itu terjadi ketika Rasulullah SAW hijrah dari Makkah Al-Mukarromah ke Madinah Al-Munawwaroh. Ketika mendengar berita tentang hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, masyarakat Madinah kala itu sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatu hal untuk menyambut kekasih Allah ini. Masyarakat Madinah rela menyembelih hewan ternaknya untuk membuat hidangan spesial untuk manusia paling mulia di muka bumi ini, dan kulit hewannya dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi alat musik (baca: Rebana) untuk menyambut Nabi Muhammad SAW sambil melantunkan qosidah Thola’al Badru.

Ketika Nabi Muhammad SAW telah sampai di Madinah, para sahabat Anshor berebut-rebut menawarkan rumahnya untuk ditinggali oleh Nabi Muhammad SAW. Karena melihat antusiasme sahabat Anshor yang seperti itu, Rasulullah SAW berkata, “Biarkanlah unta yang menentukan dimanakah aku akan tinggal”. Maka kala itu, unta yang dikendarai Nabi Muhammad SAW duduk tepat di depan rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Kita yakin, bahwa segala sesuatu hal telah dirancang sebelum kita lahir di dunia ini. Tapi sebuah pertanyaan besar, mengapa unta Rasulullah berhenti di depan rumah Abu Ayyub Al-Anshari.

Mengapa rumah Abu Ayyub Al-Anshari?

±1000 tahun sebelum Rasulullah lahir, ada seorang raja yang dzalim bernama Malik Tubba. Beliau terkenal sebagai raja yang tirani dan seorang penjajah. Suatu ketika Malik Tubba berkunjung ke kota Makkah. Layaknya para penjajah yang lain, semua penjajah pasti akan ditolak ketia ia memasuki suatu daerah. Tetapi berbeda ketika beliau masuk ke kota Makkah, beliau terkejut kala para penduduk Makkah justru menyambutnya dengan ramah. Beliau disuguhi berbagai makanan dan minuman. Kemudian ia bertanya pada para penasihatnya (diriwayatkan penasihat Malik Tubba berjumlah sekitar 400 orang yang sering diajak berdiskusi), “Wahai para penasihatku, apakah nama kota ini?”

Kemudian salah seorang penasihat menjawab, “Wahai tuanku, nama kota ini adalah Makkah Al-Mukarromah.”

“Apakah istimewanya kota ini?” tanya Malik Tubba.

“Di kota ini, tuanku, dibangun rumah Allah yang pertama di dunia (Ka’bah). Di kota ini, tuanku, dibangun rumah yang berkah, rumah Allah, dan orang-orang datang ke negeri ini untuk mengunjungi Baitullah, serta penduduk Makkah dipilih oleh Allah SWT sebagai ahli atau penduduk yang menyambut tamu Allah. Oleh karena itu, wahai raja, ketika kita sampai di sini kita disambut karena kita dianggap sebagai tamu Allah.”

Kemudian Malik Tubba berpikir jahat, “Jika Makkah ini tempat yang barokah, orang-orang ramai datang kesini, akan kuhancurkan Ka’bah ini.”

Lalu ketika masuk waktu malam, Allah mengirimkan kepadanya sakit kepala. Kemudian ia bingung karena segala macam obat telah diminumnya, tetapi sakit itu tak kunjung hilang. Lalu ia memanggil para penasihatnya, dan diantara para penasihatnya, ada salah seorang yang telah mendapat petunjuk dari Allah bahwa obatnya hanya satu, yaitu Malik Tubba menghentikan niat jahatnya untuk menghancurkan Ka’bah. Setelah mendengar nasihat tadi, Malik Tubba pun bertaubat dan menghentikan niat jahatnya itu, seketika itulah sakit kepalanya hilang.

Keesokan harinya, ia berserta para penasihat dan pasukannya bergerak ke arah Madinah atau yang dulu bernama Yatsrib. Ketika telah masuk ke Yatsrib, beliau bertanya kepada para penasihatnya, “Kota apakah ini?”

Kemudian salah satu penasihatnya menjawab, “Ini adalah kota Yatsrib.”

“Apakah Yatsrib itu?” tanya Malik Tubba.

Kemudian sang penasihat menjawab, “Yatsrib adalah kota yang akan menjadi tempat hijrahnya Rasulullah, Rasul yang diutus di akhir zaman. Di kota ini Rasulullah akan membangun kerajaannya, membangun agamanya. Di kota ini akan mendidik para sahabatnya. Disinilah tempat pertemuan sahabat-sahabat Rasul yang dipilih Allah. Muhajirin dan Anshor berkumpul menyambut kedatangan Rasulullah Muhammad SAW.”

Jawaban ini membuat sang raja semakin penasaran. Kemudian sang raja bertanya kembali, “Siapa Muhammad?”

Kemudian sang penasihat menjelaskan dengan sabar kepada sang raja, “Muhammad adalah Nabi akhir zaman, Muhammad adalah Nabi yang akhlaknya sangat mulia. Ia adalah orang yang sangat sabar dan ia senantiasa beribadah kepada Allah SWT dan ummatnya menjadi ummat yang paling mulia di muka bumi ini. Ummatnya paling akhir dilahirkan, tetapi paling awal masuk ke dalam surga Allah SWT.”

Begitu mendengar penjelasan dari sang penasihat, Malik Tubba yang jahat dan dzalim diubah sifat jahat dan dzalimnya oleh Allah SWT dengan rasa cinta kepada Rasulullah SAW yang sangat besar. Bahkan sejarah mencatat, beliau adalah orang yang paling menyiapkan dirinya dan keturunannya untuk menyambut Nabi akhir zaman Muhammad SAW. Kemudian ia memeritahkan kepada pasukannya untuk kembali ke Yaman. Sementara ia bersama para penasihatnya tetap tinggal di Yatsrib. Untuk apa beliau tinggal?

“Saya berharap nanti keturunanku akan menjadi orang-orang yang menyambut datangnya Rasulullah SAW. Bahkan aku berharap kelak keturunanku akan menyambung menjadi keluarga Rasulullah SAW”. Malik Tubba kemudian menulis surat cintanya untuk Rasulullah SAW yang kemudian surat itu diminta Rasulullah SAW kepada salah seorang warga Madinah yang masih kafir yang bernama Abu Laila.

Rasulullah bertanya kepada Abu Laila, “Wahai Abu Laila manakah surat untukku.”

Abu Laila kemudian memberikan surat itu.

Abu Laila berkata, “Aku sama sekali tidak melihat dari wajah Muhammad wajah seorang penipu, dan aku sama sekali tidak melihat wajah Muhammad wajah seorang dukun.”

Hal itu membuktikan bahwa surat itu memang surat yang dibuat oleh Malik Tubba dan Nabi Muhammad telah mengetahui itu sebelum beliau diutus ke dunia ini.

Dan jika kita bertanya mengapa unta yang ditunggangi Rasulullah berhenti di depan rumah Abu Ayyub Al-Anshari, itu karena Abu Ayyub Al-Anshari adalah keturunan dari Malik Tubba, seorang raja yang dzalim yang diubah sifat dzalimnya oleh Allah dengan rasa cinta dan rindu kepada Rasulullah yang sangat besar. Cita-cita Malik Tubba yang kemudian terwujud melalui Abu Ayyub Al-Anshari. (Ibnu Musyaffa’ Mujib/acp)

Sumber Tulisan: Ceramah KH. Moh. Rofiqul A’la, LC. MA. Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Miftahul Jannah Perum Cibaligo Permai, Cihanjuang, Kota Cimahi.

Sumber Gambar: http://ichef.bbci.co.uk/naturelibrary/images/ic/credit/640×395/b/ba/bactrian_camel/bactrian_camel_1.jpg

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.