Wayang Kulit dan Manusia Dalam Sudut Pandang Kehidupan

Wayang kulit merupakan salah satu budaya asli milik bangsa Indonesia yang rumornya sempat diklaim oleh negara tetangga. Pada masa kesultanan Islam, wayang kulit tak lagi eksklusif milik lingkungan istana saja melainkan sebagai media dakwah agama Islam kala itu. Bentuk-bentuk wayang diubah agar sejalan dengan ajaran Islam dan tujuan dakwah. Ada beberapa pendakwah Islam yang merupakan seorang dalang handal dijaman itu, salah satunya yang paling terkenal adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga yang merupakan murid dari Sunan Bonang dan juga seorang Waliyullah menjadikan wayang kulit sebagai media dalam menyebarkan agama Islam. Hal ini yang menjadikan wayang kulit berperan penting juga dalam penyebaran agama Islam di Indonesia terutama pulau Jawa. Filosofi hidup ala wayang kulit yaitu dimana skenario, lakon, gerak- gerik wayang sudah diatur oleh seorang dalang. Alur ceritanya sudah dituliskan dalam skenario masing-masing dengan berbagai problematika. Kemudian karakter dan juga sifat dari masing-masing wayang sudah tercatat dalam sebuah skenario sehingga dalanglah yang menentukan baik buruknya tokoh dalam wayang itu nantinya. Sungguh wayang tidak memiliki kekuatan sedikitpun sehingga ia tidak mampu bergerak tanpa digerakkan oleh seorang dalang.

Lalu apa kaitan antara wayang kulit dengan filosofi kehidupan manusia?

Wayang kulit tidak memiliki kuasa sedikitpun tanpa ada gerakan dari seorang dalang. Demikian dengan kehidupan didunia ini, sesekali pernah mengaji mengenai ilmu hakikat kepada salah seorang ustadz di Madrasah Dinniyah Hidayatul Mubarokah (Jembat Batu-Sukadana) yang merupakan murid dari Almaghfurlah KH. Abdul Haris Su’udi (Pujon-Malang). Beliau menjelaskan mengenai filosofi kehidupan ini dengan membuat perumpamaan bahwa kehidupan ini seperti wayang (manusia) dan dalang (Gusti Allah). Sejatinya kehidupan hanyalah milik Allah dan makhlukNya tidak mampu berbuat apa-apa,tak memiliki kuasa apapun tanpa digerakkan oleh Allah SWT. Skenario kehidupanpun sejatinya sudah dituliskan sejak dicipatakannya Nur Muhammad dan sejak jaman Azali. Karakter, sifat, mau jadi apa makhluk-Nya nanti itu semua sudah dituliskan oleh Allah Sang Pemilik Skenario Kehidupan. Pada hakikatnya makhluk didunia ini tidak memiliki apa-apa, bahkan dhohir dan batin yang kita miliki adalah milik Allah. Makhluk tidak mampu bergerak tanpa Allah berkehendak untuk menggerakkannya sama halnya seperti wayang tadi yang tidak dapat bergerak tanpa kehendak dari si dalang. Maka secara syariat kita diajarkan untuk berdoa, walaupun semua takdir sudah digariskan. Dengan berdoa menunjukkan bahwa kita adalah makhlukNya yang lemah. Sehingga bisa dikatakan Gusti Allah punya takdir dan makhlukNya punya doa dan ikhtiar. Sebaik-baik ikhtiar adalah tetap dalam syariat Islam tanpa mengkesampingkannya.

Wallahu a’lam bisshowab

Sumber: Ustadz Ali Rohman (Pengasuh Madrasah Dinniyah Hidayatul Mubarokah)

.

Penulis: Danti Oktarina (KMNU Unila)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.