SEMUT JIBRIL

1/
Semalam pukul satu aku tak raja pada mataku
“Katuplah, Kau!” Kukata
“Siapa kamu?” dibalasnya
maka, kuajak dia berdiskusi
bagaimana harus kita, di peraduan malam ini
Bismillahirrahmanirrahim

Yasin. Wal Quranil Hakim”

 

Ternyata dia merajuk
lantaran, sebutnya, seharian kubuat sumu’
akhirnya, di persimbuhan sunyi, kuajak dia menyelam pada Kalam-Nya
mata segera kaca, berlinangan kisah sejarah dan keranda

 

/2
Semalam pukul satu lewat sepuluh
aku belumlah usai mengusap wajah yang basah
seekor semut muncul dari balik toples
menabrak jemariku yang sedang asik bertumpu
pada meja kecil kos-kosan sederhana

semut itu tampak begitu lelah
seperti telah Ribuan Kilo satuan panjang ditaklukkannya

“mengapa ia kesini?”
Tanda tanya itu muncul tiba-tiba
dan berangsur terwiridkan oleh jiwa
sampai akhirnya terjawab
saat si semut tiba di pucuk sebuah wadah
berisi GULA

 

/3
Semalam pukul satu lewat tigapuluh
aku sudah raja pada mataku
Mata sengaja kubuka agar tak sendu
menikmati teh hangat agar tak beku
(masih di kamar kosan)
Wadah gula itu terlihat sesak
padat beragam hitam dan putih
ternyata, selama aku dalam pejam
si semut mungil yang kusapa tadi
berlari pontang-panting ke arah koloni
memberi kabar surga, ada gula melimpah disana
dan akhirnya satu koloni beranjak berirama
memenangkan gula bersama-sama

 

4/
Semalam pukul satu lewat empat puluh
aku dan mataku sudah satu
sementara semut itu masih malu-malu
setelah kucecar penasaran
dan kunyatakan kuanggap dia guru

 

Salman ITB, 2018

#DiaryUlilAlbab

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.