Islam dan Pertanian

ISLAM DAN PERTANIAN
Teringat film 99 cahaya di langit eropa, betapa sulitnya perjuangan menjadi seorang minoritas. Film tersebut menceritakan seorang muslim yang berjuang kuliah di negeri orang, yang mayoritasnya orang-orang non muslim. Wudhu sulit, sholat sulit, mencari makanan halal pun sulit. Wudhu tidak menggunakan air dari kran seperti pada umumnya, melainkan air yang keluar dari kran westafel. Sholat di tempat yang kecil dan sempit, itu juga tempat ibadah agama lain. Apalagi makan-makanan yang halal, yang ada hanya masak sendiri.
Ada salah satu adegan dalam film tersebut dimana aktor utama berwudhu 3 kali. Faktornya simple, kulit pria tersebut disentuh oleh teman wanitanya. Lalu pria tersebut berulang kali menuju kamar mandi hanya untuk wudhu. Temannya terheran, apa hubungannya disentuh oleh lawan jenis dengan batalnya wudhu ?. Mungkin jawabannya adalah bukan mahrom. Bagi umat muslim jawaban tersebut bisa diterima. Tapi terkadang tidak bagi agama lain.
Mendengar kata mahrom ada kaitannya juga dengan siapa saja orang orang yang haram untuk dinikahi. Ibu, bapak, nenek, kakek, anak, itu diantaranya yang haram untuk dinikahi. Pernahkan ada pertanyaan, kenapa orang-orang tersebut haram untuk dinikahi? Jawabannya ada di kitab-kitab fiqih yang khususnya yang membahas tentang bab nikah.
Hal ini mengingatkan saya saat mengambil mata kuliah dasar pemuliaan tanaman. Prof Syukur, salah satu dosen Fakultas Pertanian IPB menjelaskan peristiwa heterosis, dimana anak lebih baik daripada tetuanya. Heterosis didapat dari persilangan hibrida atau persilangan berbeda varietas. Bisa dibilang jarak genetiknya jauh. Contohnya pada jagung, apabila jagung A disilangkan dengan jagung B yang berbeda varietas akan menghasilkan keturunan yang lebih baik.
Prof Syukur juga menjelaskan tentang peristiwa inbreeding depresion (tekanan tangkar dalam). Inbreeding adalah galur murni mengalami penurunan vigor dan fertilitas galur tersebut dapat hilang. Peristiwa itu terjadi apabila dilakukan selfing. Selfing adalah persilangan sendiri atau persilangan dengan varietas yang sama. Apabila ada tanaman dilakukan persilangan tapi dengan varietas yang sama keturunanya akan lebih buruk daripada tetuanya. Apabila ditanam tumbuhnya tidak sama, ada yang tinggi ada yang rendah. Pada jagung tongkolnya akan kecil dan biji jagungnya jarang, dll.
Keturunan yang baik dihasilkan dari betina yang baik. Karena meskipun jantannya jelek tetap akan menghasilkan keturunan yang baik. Apalagi betina dan jantannya baik, keturunannya akan jauh lebih baik. Untuk itu, cari pasangan yang jarak keturunannya yang jauh, serta cari calon ibu yang baik. Agar anak yang dilahirkan dari rahim ibu tersebut menjadi anak yang baik. Amiiin.
Dalam hal ini kita bisa ambil hikmahnya. Semua yang diperintah maupun dilarang Allah pasti ada dampaknya. Allah melarang kita menikah dengan mahromnya mungkin keturunan yang dilahirkan dari pasangan tersebut banyak kekurangannya. Bisa jadi cacat, sakit-sakitan, ataupun yang lain. Karena jarak genetik yang dekat. Darah dagingnya masih berhubungan. Belum banyak bahkan tidak ada pembuktian tentang hal ini pada manusia. Hanya ada pada tanaman yang digunakan untuk percobaan.
Wallahu a’lam. Hanya Allahlah yang tahu.

Penulis: Anak Tani (KMNU IPB)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.