Menjaga Kesehatan Sebagai Bentuk Rasa Syukur Kepada Sang Pemberi Hidup

Sebagai manusia, yang terdiri oleh tiga komponen utama, yaitu jasmani, rohani, dan fikr-nya, kita harus menjaga semua yang telah Allah titipkan pada diri kita. Allah menciptakan manusia tidak lain tidak bukan untuk beribadah. Syarat untuk bisa melakukan ibadah adalah sehat. Sehat tidak hanya berkaitan dengan jasmani atau aspek fisiknya saja. Menurut UU no. 23/1992, sehat merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi. Keempat aspek yaitu fisik, jiwa, sosial, dan ekonomi tidak dapat dipisahkan sendiri sendiri, semuanya akan saling terkait. Itulah mengapa kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh.

Tulisan ini akan lebih menekankan  tentang kesehatan secara jasmani. Kita tahu, bahwa sehat merupakan kondisi yang tak ternilai harganya. Sehat merupakan hak asasi manusia. Sehat juga merupakan sebuah investasi untuk hal apapun. “Health is not everything, but without health everything is nothing”.

Manusia yang akan mencapai suatu derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Teori Lawrence Green mengemukakan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Masalah kesehatan di Indonesia lebih besar dipengaruhi oleh faktor perilaku.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS ini lah yang masih susah untuk di lakukan. Seseorang biasanya hanya sampai pada tahap pengetahuan, atau bahakan sampai tahap menyikapi.  Sebuah perilaku didorong oleh kesadaran dan motivasi. Sadar bahwa tubuh yang kita punya hanyalah titipan yang harus dijaga sebagai bentuk rasa syukur untuk bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat.

Era cyber seperti ini, informasi tentang kesehatan, mudah sekali di dapat, bahkan oleh sumber yang terpercaya, dimanan banyak para ahli kesehatan atau ahli Gizi yang open terhadap masyarakat lewat medsosnya. Jadi, tidak tahu bukan alasan seseorang untuk tidak berperilaku tidak sehat, apalagi bagi para kaum  intelek.

Sebagai mahasiswa, kita harus sadar kesehatan. Orang tua kita telah rela membiarkan anaknya merantau jauh untuk sebuah ilmu, dan sebuah harapan. Mereka mempercayai anaknya bisa menjaga dirinya sendiri, termasuk kesehatannya. Makan tidak teratur, makan sembarangan,  tidak memperhatikan gizinya, tidak pernah sarapan, kurang berolah raga, dan kebiasan-kebiasaan buruk lainnya. Hati orang tua mana yang tak sedih, jika melihat anaknya sakit. Selain itu, mahasiswa sering dikatakan atau bahkan mengatakan dirinya sebagai “Agen of Change”, lalu bagaimana kita bisa merubah masyarakat, jika diri kita sendiri masih susah merubah perilaku buruk, khususnya yang berkaiatan dengan kesehatan. Selain itu, mahasiswa diharapkan menjadi orang –orang yang produktif untuk membangun bangsa ini, bukan  malah kita yang menambah beban negara, karena sakit dan tak produktif.  Mari berfikir visioner. #SehatnyatuhdiSINI J

Oleh : Isna Nur Arifina ( Gizi Masyarakat / KMNU IPB)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.