Apakah Sikap Bela Negara Berbenturan dengan Ukhuwah Basyariyah? Ini Penjelasan Kiai Idham Cholid

KH. Achmad Shiddiq canangkan trilogi ukhuwah yakni Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan sesama muslim), Ukhuwah Wathoniyah (Persaudaraan sesama anak bangsa), dan Ukhuwah Basyariyah (Persaudaraan sesama manusia) pada 1989 silam. Konsep ini sekarang banyak diadopsi bahkan dijadikan acuan dalam mengatur kehidupan sosial-masyarakat di berbagai negara.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Umum Jayanusa KH. Idham Cholid mengatakan, sikap mendasar yang harus diterapkan untuk merealisasikan nilai-nilai dalam trilogi ukhuwah adalah kesadaran untuk saling menghargai serta kemauan untuk mengakui keberagaman. Apabila keduanya telah terbentuk, maka sangat mudah membangun kerja sama yang baik ke depannya.

“Di Al-Azhar konsep trilogi ukhuwah diadopsi, padahal jauh sebelum itu NU sudah merumuskan. Sekarang (konsep trilogi ukhuwah) malah menjadi kesadaran global tentang pentingnya persaudaraan kemanusiaan,” ujar Kiai Idham saat menjadi narasumber dalam acara Dialog Moderatif Moderasi Beragama, Sabtu (10/12/2022) di Aula Dekanat Fakultas Teknik (FT) Universitas Diponegoro (Undip).

Dalam acara bertajuk “Merajut Persatuan dalam Bingkai Perbedaan” tersebut, Kiai Idham menjelaskan bahwa menjaga persaudaraan dengan upaya mempertahankan keutuhan negara (bela negara) bukanlah suatu hal yang kotradiktif.

Artinya, sikap tegas dalam menghadapi pihak-pihak yang hendak merusak keutuhan negara justru dibenarkan dan diharuskan serta sama sekali tidak bertentangan dengan prisip ukhuwah basyariyah.

“Kita hidup di negara yang sudah menyepakati bagaimana bentuk final negara ini sendiri. Jadi mereka yang ingin merongrong pancasila itu artinya hendak menciderai keputusan dan kesepakatan yang telah ada,” tegasnya.

Lantas, Ketua Panitia Rival Achmad Rajaby menyebutkan bahwa acara tersebut memang menyasar para mahasiswa dari perguruan tinggi umum. Karena menurutnya, usia mahasiswa ialah usia pencarian jati diri. Sehingga apabila tidak ada benteng yang kuat baik dari diri sendiri maupun lingkungan, maka akan sangat mudah terpapar paham-paham radikalisme.

“Karena mahasiswa sedang mencari jati diri, jadi bagi kaum penyebar paham radikalisme, mahasiswa adalah sasaran empuk dari ajaran mereka,” tutur mahasiswa jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Undip angkatan 2019 tersebut.

Diketahui, kegiatan sosialisasi yang diadakan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) tersebut bermitra dengan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Undip serta Yayasan Bina Merdeka Indonesia.

Penulis                   : Diana Putri Maulida (KMNU Undip)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.