Pengaruh Hijrah Zaman Nabi VS Zaman Kini

Sejarah memang telah berlalu, namun sedikit di antara kita yang menyadari bahkan memahami akan esensi yang termuat dalam sejarah tersebut. Padahal Allah tidak menjadikan sedikitpun peristiwa di muka bumi maupun di langit dengan kesia-siaan belaka, baik berupa makhluk maupun fenomena yang ada. Namun di balik itu semua terdapat pelajaran berharga yang sudah sepatutnya untuk dapat diingat sebagai barometer bagi kehidupan di masa mendatang. Di antara goresan sejarah yang sangat inspiratif dalam perjalanan hidup Rasulullah Muhammad SAW adalah peristiwa hijrah beliau beserta para sahabatnya dari Kota Mekkah ke Kota Madinah dengan memegang prinsip yang diyakini, yakni tegar dalam mempertahankan akidah dan gigih dalam memperjuangkan kebenaran.

Munawar Chalil dalam karyanya “Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW” memberikan penjelasan mengenai kata hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti meninggalkan suatu perbuatan atau menjauhkan diri dari pergaulan dan / atau berpisah dari suatu tempat ke tempat lain. Peristiwa hijrah sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bulan mulia Muharram. Hadhratur Rasul melakukan baiat al-aqabah al-tsaniyah (baiat kedua) di bulan Zulkaidah dan melangsungkan hijrah di bulan Rabiul Awal, bukan pada bulan Muharram. Tetapi azam untuk berhijrah dimulai sejak Muharram. Oleh karena itu, kita melakukan peringatan peristiwa Hijrah pada bulan Muharram. Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan dalam Fath al-Bari:

لأن ابتداء العزم على الھجرة كان في المحرم

Karena permulaan azam untuk hijrah (ke Madinah) ada pada bulan Muharram.”

Peristiwa hijrah merupakan peristiwa besar yang pernah dialami oleh Baginda Nabi Muhammad beserta pengikutnya di zaman itu, berlatar belakang karena di tanah kelahirannya mereka ditindas, dianiaya, dan disiksa dengan sangat keji. Peristiwa hijrah merupakan bukti ketulusan dan dedikasi kepada keimanan termasuk pada aqidah. Mereka rela meninggalkan tanah kelahiran, harta, bahkan keluarga untuk memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Realitanya di Madinah kaum Muhajirin (orang yang berhijrah) harus memulai kehidupan baru dan berbaur dengan kaum Anshar (penduduk asli Madinah). Mereka saling bekerja sama dalam kehidupan sehari-hari, sejak kedatangan Baginda Nabi dan kaum Muhajirin tentu saja memberikan pengaruh besar dalam kehidupan sosial masyarakat kota Madinah.

Pengaruh Hijrah Zaman Nabi

Muhajirin datang ke Kota Madinah pada masa pra-Islam. Dengan proses itu, mereka menjadi mampu untuk memikul tanggung jawab sebagai khalifah Allah di muka bumi, untuk mengimplementasikan hukum-hukum Allah, melaksanakan perintah-perintahnya dan berjuang di jalannya. Dalam banyak ayat Al-Qur’an disebutkan dorongan untuk berhijrah dan pengakuan keutamaan bagi orang yang melakukannya. Kemunculan negara Islam Madinah membutuhkan Muhajirin untuk mendukung otoritas Islam di kota itu karena Yahudi, para penyembah berhala (Musyrikin), dan orang-orang Munafik terus menerus berupaya melakukan penekanan. Belum lagi pengepungan yang dilakukan pasukan badui yang hidup di sekitar Madinah (Madjid, 2000:36).

Peristiwa hijrah telah memporakporandakan serta mengganggu orang-orang kafir Quraisy yang terus menerus mengamati Madinah secara seksama, mereka terus menyusun plot-plot untuk menghancurkan Islam sejak dini yakni semenjak kemunculan negara yang berkeyakinan Islam itu. Karena itu banyak ayat yang memerintahkan hijrah ke Madinah dengan seperangkat penjelasan tentang keutamaan dan pahala besar hijrah. Adapun pengaruh hijrah zaman Nabi Muhammad SAW untuk membangun Islam di Madinah adalah membangun masjid Nabawy, mempersaudarakan antar sesama orang muslim, kesetaraan bagi semua warga, dan mengembangkan pendidikan termasuk meneguhkan persatuan (antara kaum muhajirin dan golongan anshor).

Pelajaran dari adanya hijrah Nabi salah satunya menunjukkan bahwa beliau benar-benar cinta tanah air, dibuktikan dengan HR. at-Tirmidzi:

والله إني أعلم أنك خیر أرض الله وأحبھا إلى الله، ولولا أن أھلك أخرجوني منك ما خرجت

Rasulullah saw bersabda:

“Demi Allah, sungguh aku mengetahui bahwa engkau (Makkah) adalah sebaik-baik bumi Allah dan tanah yang paling dicintai oleh-Nya. Kalau bukan karena pendudukmu mengusirku, niscaya aku tidak akan pergi meninggalkanmu” (HR. at-Tirmidzi).

Hijrah Hari Ini

Istilah hijrah tidaklah asing bagi masyarakat perkotaan hari ini tak terkecuali kaum muda. Apalagi ada sekolompok jamaah yang melabeli komunitasnya dengan nama “Cah Hijrah”. Pada komunitas tersebut menyajikan suguhan kajian ke-Islam-an dengan terdapat sejumlah penawaran yang diadakan, termasuk tema pembahasan kajian diselaraskan sesuai zaman dan dihadirkan dengan konsep maupun suasana millenial.

Islamnya orang Indonesia dianggap tidak sempurna lantaran karena mengamalakan bid’ah, mengidap sekularisme, mengikuti pemerintah thogut, serta pula dicap tidak mengamalkan syariat islam bahkan mirisnya ada sekelompok golongan yang hobi mengkafirkan dengan dalih tidak sama dengan keyakinan yang dianut oleh kelompok bersangkutan. Fenomena orang yang demikian tidaklah sesui lantaran menggunakan kata hijrah dengan dalih menuju lebih baik, melainkan lebih cocok menggunakan nama “Taubat” hemat pribadi penulis.

Pemberian nama/branded suatu karya, apalagi produk ciptaan termasuk nama organisasi diberikan penamaan semenarik mungkin guna memudahkan dalam menggaet jama’ah terutama kelompok millenial, juga guna mencapai tujuan lebih mudah dengan alasan yang beragam.

Hijrah yang seharusnya dilakukan hari ini:

  • Hijrah Shalat, menuju shalat khusu’
  • Hijrah Pikiran, menuju positive thinking
  • Hijrah Hati, menuju qalbun salim
  • Hijrah Pendidikan, menuju pendidikan islam
  • Hijrah Kesehatan, menuju sehat lahir-batin
  • Hijrah Amal, menuju amal sholih
  • Hijrah Bicara, menuju benar, sopan, lembut
  • Hijrah Politik, menuju politik bersih
  • Hijrah Ekonomi, menuju ekonomi syar’i
  • Hijrah Olahraga, menuju sehat berprestasi
  • Hijrah Prestasi, menuju lebih baik
  • Hijrah Sosial, menuju jama’ah (komunitas/kelompok) kuat
  • Hijrah Budaya, menuju humanis-teoligis

Akhir kata, tidaklah menjadi kendala dan persoalan besar selagi kehadirannya tidak lantas mengganggu dan mengusik kelompok sekitaran. Kepada pembaca, tetap semangat berbenah untuk memperbaiki diri, keluarga, serta lingkungan sekitar. Barokallahu’lana walakum, semoga kita senantiasa diberikan sehat wal’afiat.

Disusun oleh: Khoirul Anam (Depnas 1 KMNU Nasional)

hijrahZaman KiniZaman Nabi
Comments (0)
Add Comment