GENERASI COVID 19 DAN OVERTHINKINGISME

Dunia pada saat sekarang ini masih sedang tidak baik-baik saja, sejak meletusnya wabah covid 19 atau Corona Virus  pada  tahun 2019 silam yang merupakan peristiwa epidemilogi terbesar yang mungkin saja tidak akan terlupakan sepanjang sejarah. Keberadaan pandemi ini telah membuat banyak perubahan dalam segala lini kehidupan manusia, tidak memandang dari mana ia berasal, dari ras atau suku bangsa apa, kaya atau miskin, tua atau muda, hampir semuanya merasakan dampak dari bencana pandemi ini. Wabah pandemi ini sekurang-kurangnya telah mengakibatkan lebih dari  253 juta manusia terinveksi  dan  5 juta manusia meninggal dunia (Wuragil, 2021).

Wabah pandemi ini juga selain telah banyak memakan korban jiwa, juga telah merubah kehidupan kita dengan membuat sebuah jarak pemisah anatara kita dengan yang lainya di segala lini kehidupan, mulai dari lini pendidikan, ekonomi hingga sosial dan kebudayaan, semuanya dipaksa untuk dapat berubah dan beradaptasi atau jika tidak, maka kematian atau stagnan adalah konsekuesinya.

Pada saat sekarang meskipun kondisi mulai mereda dan telah  memasuki periode ke 3 yang artinya mungkin kita sudah mulai bisa terbiasa untuk hidup berdampingan dengan pandemi ini, namun tetap saja ada banyak permasalahan yang muncul dan selalu menghantui kita, salah satunya yang paling banyak menghantui generasi muda saat ini adalah overthinking yang tak lain adalah perasaaan berlebihan terhadap sesuatu yang akan datang, atau yang dalam pengertian ilmiah juga sering disebut paralysys analysys, dimana orang tersebut terus menerus memikirkan suatu permasalahan tanpa menemukan solusi (Fakhir, 2019). Hal ini  tentunya wajar saja jika terjadi, di masa-masa pandemi sekarang telah banyak melahirkan hal-hal di luar ekspektasi kita seperti kebijakan pembelajaran daring dan work from home (WFH), karantina wilayah (PPKM) hingga penutupan fasilitas publik tentunya merupakan hal yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Belum lagi dengan adanya isu krisis ekonomi atau ancaman pandemi lainnya serasa ketidak jelasan mengenai kapan pandemi ini akan berakhir. Tentunya telah menjadi beban pikiran dan mempengaruhi  kondisi kesehatan psikis kita, sehingga munculah pikiran-pikiran berlebihan atau overthinking tentang banyak hal  mengenai bagaimana nasib kita dimasa depan,  penyesalan atas diri sendiri serta rasa takut akan mengecewakan orang-orang yang dicintai  adalah  masalah yang  kita  rasakan saat ini.

Pada dasarnya sebenarnya perasaan berlebihan atau overthingking  adalah hal yang wajar terjadi dan merupakan sesuatu lahiriah, apalagi ditengah kondisi pandemi seperti sekarang. Namun yang perlu dihindari  dan harus dilakukan adalah mencegah perilaku atau perasaan overthingking  ini terus berkelanjutan, kita harus dapat mengolahnya dengan tepat. Hal ini senada dengan pendapat  Strong (2008) yang mengatakan bahwa  penting untuk mengelola overthinking bahkan untuk menghentikannya, salah satunya adalah dengan mengubahnya menjadi perilaku pemusatan perhatian (mindfulness). Perasaan-perasaan berlebihan yang kita alami selama masa pandemi ini bisa kita obati dengan mengubanya menjadi motivasi untuk membuktikan jika kita mampu melakukan ini dan itu dengan cara fokus akan tujuan utama kita atau mimpi dan cita-cita kita.

Sumber:

Strong, L. (2020). Mindfulness Meditation Benefits: How to Stop Overthinking, Declutter Your Mind and Get Rid of Stress. Independently Published.

Fakhir, R. M. (2019). Dampak Buruk Overthinking Bagi Psikologis Dan Kesehatan. JurnalPosMedia.Com. http://jurnalposmedia.com/overthinking-dan-dampak-buruknya/

Disusun Oleh: Tedi Nur Ilmi (Depnas V)

overthinkingpandemi
Comments (0)
Add Comment