RANGKAIAN KISAH PERJALANAN KMNU UGM

Kerinduan mahasiswa rantau berlatar belakang Nahdlatul Ulama’ (NU) seringkali berkaitan dengan kebiasaan yang dilakukan di kampung halaman maupun pondok pesantren, seperti barzanji-nan, tahlilan, yasinan, ziarah dan lain sebagainya. Hal inilah yang mendasari dibentuknya KMNU UGM (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama’ Universitas Gadjah Mada) agar kebiasaan tersebut tetap dapat dilaksanakan. Selain itu, KMNU UGM dibentuk dengan tujuan sebagai wadah kekeluargaan. Keluarga yang dimaksud beranggotakan mahasiswa dengan latar belakang organisasi dan jurusan yang berbeda serta memiliki satu hal kesamaan yaitu ingin melaksanakan amaliyah NU bersama. Kesamaan inilah yang menjadi alasan untuk saling bersinergi merawat tradisi NU di lingkungan kampus.

Pengenalan Dasar Tentang KMNU UGM

Berdasarkan Anggaran Dasar KMNU UGM Periode 2019/2020 dijelaskan bahwa tujuan didirikan KMNU UGM adalah:

  1. Menghimpun mahasiswa NU di Universitas Gadjah Mada.
  2. Menguatkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah An Nahdliyyah di kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
  3. Meningkatkan kualitas diri dan keilmuan.
  4. Mengembangkan potensi diri seluruh anggota KMNU UGM sebagai insan yang ilmiah, edukatif, dan aplikatif.

Selain itu, lambang KMNU UGM dikenal berbentuk segitiga dan berwarna hijau. Seperti pada umumnya, setiap lambang organisasi pasti memiliki filosofi atau makna tersendiri. Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga KMNU UGM Periode 2019/2020 berikut ini adalah penjelasan mengenai arti lambang/logo KMNU UGM:

1. Bentuk

  • Segitiga melambangkan Iman, Islam dan Ihsan.
  • Bentuk buku terbuka melambangkan intelektualitas anggota KMNU UGM.      
  • Bola dunia : Bumi adalah tempat manusia berasal, menjalani hidup dan kembali.  Sesuai dengan surat Thoha ayat 55 yang berbunyi : “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan  kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan dari padanya Kami  akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”.
  • Sembilan bintang melambangkan identitas keluarga Nahdlatul Ulama.
  • Satu bintang paling besar di tengah: Nabi Muhammad SAW.
  • Empat bintang di atas : Khulafaur Rasyidin, yakni Abu Bakar As Shidiq RA, Umar bin Khatab RA, Utsman bin Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib KW.
  • Empat bintang di bawah melambangkan madzhab empat, yaitu Hambali, Hanafi, Maliki, dan Syafi’i.
  • Dua bulu angsa bersilang di atas buku berarti sintesa antara ilmu umum dan ilmu agama.
  • Kata KMNU menunjukkan nama organisasi.
  • Kata UNIVERSITAS GADJAH MADA menunjukkan ranah dakwah KMNU.

2. Warna

  • Biru, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh anggota KMNU UGM. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.
  • Hitam, berarti kedalaman pemikiran dari anggota KMNU UGM.
  • Hijau, sebagaimana warna dasar segitiga menggambarkan integritas dan profesionalitas para anggotanya.
  • Kuning, menggambarkan kecerdasan dan idealisme anggota KMNU UGM.
  • Hijau Muda melambangkan kepedulian dan tanggung jawab sosial.

Awal Kisah Pembentukan KMNU UGM

Kerinduan akan melaksanakan amaliyah NU bersama di tengah kehidupan sebagai mahasiswa menjadi salah satu alasan utama untuk mendirikan KMNU UGM. Bertepatan pada 14 April 2001 sekelompok mahasiswa pertanian UGM mendeklarasikan KMNU UGM di Ruang 110 Sekip yang sekarang lebih dikenal Sekolah Vokasi (SV).[i] Mereka adalah Faisol, Slamet, Khoirul Ulum, Andrevanto, dan beberapa mahasiswa lain. Oleh karena itu, secara tidak langsung mereka dapat disebut sebagai penggagas berdirinya KMNU UGM. Secara struktural, KMNU UGM pada tahun 2001 hanya sebatas komunitas yang memiliki satu agenda yang menjadi tradisi NU yaitu barzanji atau sholawatan yang rutin dilaksanakan di Selasar Dekanat Fakultas Pertanian. Agar kegiatan tetap dilaksanakan secara berkelanjutan, maka dibentuklah koordinator pelaksana. Setelah bermusyawarah, Faisol Mas’ud yang merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian UGM Angkatan 1998 disepakati sebagai koordinator pertama KMNU UGM. Kemudian pada tahun 2003 koordinator pelaksana rutinan adalah Shofi, mahasiswa Fakultas Pertanian Angkatan 2002. Pada tahun tersebut, kegiatan yang dilaksanakan mulai lebih ramai dengan dihadiri oleh beberapa mahasiswa.[ii] Lalu pada tahun 2004, koordinator KMNU UGM adalah Cahya. Namun, selama dua tahun sholawatan di Dekanat tidak begitu rutin dilaksanakan dan dapat dikatakan kegiatan KMNU UGM benar-benar vakum saat memasuki awal tahun 2004.

Kerinduan sholawatan bersama di tengah kesibukan kuliah dirasakan kembali oleh kalangan mahasiswa yang sebelumnya pernah mengikuti rutinan KMNU UGM. Oleh karena itu, tidak lama kemudian barzanji-nan dilaksanakan kembali. Bahkan kegiatan mulai berkembang dengan adanya Khataman Al Qur’an yang diinisiasi oleh Dino, Faisol, Chozin, serta mahasiswa lainnya. Meskipun tidak dilaksanakan secara eksklusif, kegiatan tersebut mulai banyak diikuti oleh mahasiswa lain. Ajakan dari mulut ke mulut menjadi salah satu cara untuk menebarkan semangat merawat tradisi NU bersama.

Berawal dari Komunitas Menjadi Sebuah Organisasi

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan terus mengalami perkembangan seiring mulai banyak mahasiswa yang mengikuti. Pada awal tahun 2006 setidaknya ada 10 – 15 orang yang sering mengikuti kegiatan dan KMNU UGM masih bersifat komunitas. Pada tahun itu pula yasinan dan tahlilan bersama pertama kali dilaksanakan di Selasar Fakultas Pertanian (Fapet). Mahasiswa yang mengikuti tidak hanya dari Fakultas Pertanian saja tetapi juga dari fakultas lain seperti Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Uniknya, perlengkapan yang dibutuhkan di setiap kegiatan merupakan pinjaman dari organisasi internal kampus yang dipinjamkan langsung oleh mahasiswa itu sendiri. Alhamdulillah selalu ada jalan untuk menyebarkan kebaikan.

Selain bertambahnya partisipan dari Fakultas Teknologi Pertanian, pada tahun 2007  Zaky dan Rizky yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran turut serta mengikuti kegiatan rutinan. Padahal lokasi Fakultas Kedokteran sendiri jaraknya cukup jauh dari Fakultas Pertanian. Kegiatan tidak hanya dilaksanakan di selasar Fapet tetapi sesekali di Mushola FTP. Semakin banyak mahasiswa yang mengikuti kegiatan rutinan, menjadi salah satu alasan untuk menjadikan KMNU UGM sebagai organisasi yang memiliki struktur organisasi dan dipimpin oleh ketua, bukan lagi koordinator pelaksana. Di samping itu, melihat perkembangan KMNU di UNY yang sama-sama mulai berkembang di tahun 2001, turut menginspirasi anggota untuk membentuk susunan organisasi dan memiliki sekretariat sendiri.

Dalam sebuah organisasi, identitas menjadi komponen penting agar mudah dikenali oleh banyak pihak, salah satunya melalui lambang organisasi. Lambang KMNU UGM berbentuk segitiga warna hijau yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan lambang KMNU UNY. Pada awalnya, lambang KMNU UGM berbeda dengan lambang yang sekarang digunakan. Hal ini dikarenakan, KMNU UGM sempat mengalami vakum kegiatan dan arsip  tidak ditemukan sehingga diputuskan untuk menggunakan lambang yang sama seperti KMNU UNY.[iii] Letak perbedaan lambang KMNU UNY dengan KMNU UGM adalah pada lambang KMNU UGM tertulis Universitas Gadjah Mada. Kesamaan penggunaan lambang segitiga warna hijau antara KMNU UGM dengan KMNU UNY ini disengaja dengan harapan agar kedepannya lambang KMNU setiap perguruan tinggi sama.

Setelah disepakati untuk menetapkan KMNU UGM sebagai sebuah organisasi, Izam sebagai koordinator pada saat itu memutuskan untuk segera mengadakan kumpulan bersama untuk membahas AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) yang dilaksanakan di salah satu pondok pesantren dekat Jombor. Hasil dari kumpulan tersebut yaitu menetapkan Taufiq sebagai ketua KMNU UGM pertama periode 2007/2008. Setelah terbentuk, kegiatan yang berlangsung tidak jauh berbeda.

Pada tahun 2008, KMNU UGM dipimpin oleh Zakiy Muntazhar yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran. Pada masa kepemimpinan beliau, pelaksanaan kegiatan KMNU UGM sempat bergeser ke Fakultas Kedokteran. Agenda kegiatan juga bertambah yaitu ziarah yang pernah dilaksanakan sekali dalam satu periode kepengurusan.

Estafet kepemimpinan terus berlanjut, sekitar tahun 2010 KMNU UGM dipimpin oleh Ahmad Rahma Wardhana, mahasiswa Fakultas Teknik. Latar belakang anggota juga lebih beragam, sebut saja Gus Ofa Haroen dan Wahib dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Rizal dari Fakultas Kedokteran, Fajri dari Fakultas Ilmu Budaya, Wildan dari Fakultas Biologi, Hafizh dari Fakultas Perikanan, dan Adib dari Fakultas Hukum. Mereka menambah keberagaman anggota yang sebelumnya dominan dari Fakultas Pertanian dan Kedokteran.[iv] Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi KMNU UGM lambat laun mulai dikenal di berbagai fakultas.

Berkolaborasi dalam Mendakwahkan NU

Berkolaborasi merupakan salah satu cara yang tepat untuk mencapai sebuah tujuan organisasi. Strategi ini pun mulai diterapkan oleh pengurus KMNU UGM tahun 2012 yang dipimpin oleh Izzul Abid. Pada masa kepemimpinan beliau, KMNU UGM menjalin kolaborasi dengan lembaga masyarakat sekitar dan banyak terobosan baru yang berdampak baik pada perkembangan KMNU UGM.[v] Dari yang awalnya rutinan barzanji hanya dilaksanakan di Fakultas Pertanian dan Kedokteran, saat itu rutinan mulai dilaksanakan di berbagai fakultas secara bergantian. Kegiatan tersebut dikenal dengan sebutan Kiswah yang merupakan akronim dari Kegiatan Ahlusunnah Waljama’ah. Dalam pelaksanaan Kiswah, KMNU UGM berkolaborasi dengan Al-Khidmah Kampus Yogyakarta yang dipimpin oleh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi RA. Bentuk kegiatan Kiswah yaitu pengajian rutinan berupa pembacaan iklil (istighosah, yasin dan tahlil) yang diadakan pertama kali di Fakultas Teknologi Pertanian dan kali kedua di Mushola Fakultas Filsafat. Selain itu, KMNU UGM juga bekerja sama dengan PMII UGM dalam pelaksanaan sholawatan. Tujuannya adalah untuk menjadikan rutinan sholawatan sebagai salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di kampus. Namun, rencana tersebut belum terealisasi sampai sekarang.

Lalu periode kepengurusan tahun 2013 dipimpin oleh Puguh Imam Al Abib. Pada masa itu, KMNU UGM telah memiliki sekretariat sendiri yang sekarang dikenal Kawah Candradimuka. Di samping itu, terdapat dua program baru yakni kajian kitab dan kaderisasi. Kajian kitab/ngaji kitab dilaksanakan setiap seminggu sekali. Sedangkan kaderisasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan KMNU UGM lebih dekat kepada para calon anggota baru. Agenda kaderisasi pada masa itu dinamakan Matan (Masa Ta’aruf Nahdliyyin). Sistem kaderisasi Matan dilaksanakan secara berjenjang yaitu Matan 1 dan Matan 2.[vi]

Kemudian pada kepengurusan tahun 2014, KMNU UGM dipimpin oleh Ahmad Musyaddad. Kegiatan tidak jauh beda dengan sebelumnya, hanya saja Matan berganti nama menjadi Awliya yang merupakan akronim dari Aswaja Leadership Youth Camp yang dipakai sampai sekarang. Alasan berganti nama yaitu untuk memunculkan kesan yang lebih santai namun tetap tidak mengurangi substansi tujuan utama dari kaderisasi.[vii] Dalam pelaksanaan Awliya pertama, KMNU UGM turut mengundang Lakpesdam NU DI Yogyakarta untuk mengisi materi. Selain itu untuk menambah khasanah pengetahuan, kajian dilaksanakan dalam dua bentuk yakni ngaji kitab dan kajian tematik yang membahas tentang isu faktual di masyarakat. Keduanya dilaksanakan secara bergantian. Supaya KMNU UGM semakin dikenal, pengurus juga berkolaborasi dengan Lembaga Dakwah Kampus dan Fakultas dalam beberapa agenda kegiatan seperti kajian tematik yang dilaksanakan bersama IMM UGM.

Selain itu, pada tahun 2014 juga terlaksana agenda Musyawarah Nasional (Munas) pertama yang dihadiri oleh KMNU Perguruan Tinggi (PT) se-Yogyakarta seperti KMNU UNY, KMNU UGM, dan beberapa anggota dari KMNU UII. Agenda tersebut merupakan inisiatif dari para alumni KMNU untuk menyelenggarakan pertemuan antar pengurus KMNU PT se-Yogyakarta. Sekitar tahun 2008, sebenarnya pernah diselenggarakan acara yang hampir serupa yaitu FORMANU Se-Jawa (Forum Mahasiswa NU Se-Jawa).[viii] Penggagas agenda tersebut adalah Akhda, mahasiswa Fakultas Pertanian UGM dan beberapa mahasiswa lainnya. Hal ini berawal dari pengalaman mereka yang sering berkunjung ke IPB dan bertemu dengan mahasiswa NU IPB. Dari situlah kemudian muncul wacana untuk menyelenggarakan FORMANU. Tujuan utama dibentuknya FORMANU adalah sebagai wadah saling berbagi pengalaman antar mahasiswa. Agenda tersebut pertama kali diselenggarakan di Yogyakarta dan dihadiri oleh mahasiswa PT lain seperti IPB, UI, Unesa, dan PT lainnya. Agenda Munas saat ini telah menjadi agenda rutin yang dilaksanakan satu kali dalam satu periode kepengurusan KMNU Pusat yang dihadiri oleh seluruh KMNU PT Nasional maupun Internasional.

Menciptakan Sesuatu yang Baru di KMNU UGM

Menciptakan sesuatu yang baru menjadi suatu hal yang lumrah bagi sebuah organisasi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sesuatu yang harmonis baik untuk internal maupun eksternal organisasi. Begitu pula sesuatu yang baru pernah diciptakan oleh kepengurusan KMNU UGM mulai dari pengembangan kegiatan hingga penyusunan struktural organisasi. Sebelum tahun 2015, struktur organisasi KMNU UGM hanya sebatas koordinator pelaksana, lalu berganti menjadi ketua dan wakil ketua. Kemudian, pada tahun 2015 mengalami perubahan struktural organisasi yang pada saat itu KMNU UGM dipimpin oleh Ferdy Azmal Fakhrani, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya.[ix] Di masa kepemimpinan beliau, susunan organisasi diubah menjadi ketua umum, ketua 1, ketua 2, departemen, dan biro. Masing-masing kedudukan memiliki fokus kinerja yang berbeda. Selain itu, mulai terbentuk nama kabinet kepengurusan yang berlanjut hingga sekarang. Setiap satu periode kepengurusan memiliki nama kabinet dan memiliki makna di dalamnya. Nama kabinet kepengurusan di masa itu adalah “Kabinet SuperPhilic”. “Super” dan “Philic” merupakan bahasa Yunani yang dimaknai sebagai cinta yang besar karena hidup di KMNU dan NU membutuhkan cinta yang besar, tekad yang kuat, dan semangat yang tinggi.

Agenda kegiatan kemudian dibedakan menjadi dua macam yaitu kegiatan eksternal dan internal. Kegiatan eksternal merupakan agenda kegiatan yang ditujukan untuk khalayak umum seperti yasinan, tahlilan, ziarah, dan muqoddaman/khataman Al Qur’an. Sedangkan kegiatan internal dilaksanakan untuk merekatkan kekeluargaan antar anggota dan pengurus KMNU UGM seperti masak-memasak di Kawah Candradimuka dan refreshing bersama. Konsep kaderisasi Awliya juga mengalami perkembangan agar tersusun lebih rapi dari sebelumnya. Seperti sistem pemilihan ketua umum, penyusunan AD/ART, penyusunan rencana jangka panjang, dan pelaksanaan Awliya. Selain nama kabinet, Awliya di masa SuperPhilic juga memiliki sebutan sendiri. Pada saat itu pengurus memilih nama Awliya dengan menggunakan nama Sunan Wali Songo. Inisiatif tersebut berasal dari keinginan para pengurus untuk mencoba mengikuti jejak Wali Songo.

Awliya yang dilaksanakan pada 2016 diberi nama Awliya Malik Ibrahim dan dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunni Darussalam. Penamaan Angkatan Awliya menggunakan nama Sunan Wali Songo merupakan interpretasi dari tujuan yang ingin dicapai oleh setiap angkatan tersebut. Selain itu, ada dua program baru yang diinisiasi oleh Super-Philic yakni Open House dan First Gathering KMNU UGM. Agenda Open House KMNU UGM pertama kali diselenggarakan di Fakultas Filsafat yang bertujuan untuk mengenalkan KMNU UGM kepada mahasiswa khususnya mahasiswa baru. Sedangkan First Gathering merupakan wadah untuk menjalin koordinasi antara pengurus dengan calon anggota dalam menyiapkan Awliya. Diharapkan melalui First Gathering, calon anggota KMNU UGM memiliki persiapan yang lebih baik dan siap untuk mengikuti rangkaian kegiatan Awliya.

Periode kepengurusan selanjutnya yaitu tahun 2016 dikenal sebagai Kabinet SuperTonic yang dipimpin oleh Latief Zulfikar, mahasiswa Fakultas Teknik. Mengingat usia KMNU UGM yang telah mencapai 15 tahun, SuperTonic mengadakan “Temu Alumni” yang pertama kali diselenggarakan  bertepatan dengan perayaan Hari Lahir KMNU UGM.[x] Tujuan utama Temu Alumni adalah untuk mempertemukan kembali alumni KMNU UGM dengan pengurus sekaligus mempererat tali silaturrahim. Di samping itu, Temu Alumni juga merupakan wadah untuk saling bertukar pengalaman, pikiran, dan gagasan khususnya untuk kemajuan KMNU UGM. Banyak pula agenda yang dilakukan untuk mempererat hubungan antar pengurus dan menjaga semangat di KMNU seperti Resik-resik Sekre, masak-memasak, dan refreshing bersama.

KMNU UGM Mencoba Merambah ke Dunia Sosial Media

Selanjutnya, pada 2017 KMNU UGM dipimpin oleh Firman Maulana Rusdi, mahasiswa Sekolah Vokasi. Kepengurusan yang dipimpin beliau dinamakan Kabinet SuperEthnic yang bermakna adanya harapan dengan mengusung nama “ethnic” KMNU UGM dapat menyebarluaskan dakwah NU di lingkungan kampus dengan lebih baik.[xi] Hal ini diimplementasikan dengan menyelenggarakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) di lingkungan kampus seperti Peringatan Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Program kajian juga sesekali dilaksanakan di sekitar kampus dan bersifat terbuka. Selain itu, KMNU UGM juga mulai memperluas jaringan di sosial media untuk mempermudah pengenalan KMNU ke masyarakat luas khususnya mahasiswa UGM.

Periode selanjutnya pada tahun 2018, Yogi Saiful Hidayat, mahasiswa Sekolah Vokasi memimpin Kabinet SuperNova KMNU UGM. Sebagai organisasi yang mandiri, beliau mengajak para pengurus untuk menumbuhkan jiwa wirausaha agar dapat menunjang kebutuhan finansial organisasi,[xii] seperti menjual kaos Nahdliyyin yang sekarang menjadi produk unggulan KMNU UGM. Di samping itu, ada momentum penting yaitu saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1440 Hijriyah dan Harlah KMNU UGM ke-18 tahun, KMNU UGM turut mengundang Habib Novel Alaydrus dari Solo, Jawa Tengah. Acara diselenggarakan di Mushola Fakultas Teknik UGM dan bersifat terbuka untuk masyarakat.

(Dok. Harlah KMNU UGM Ke-18 dan Peringatan Isra’ Mi’raj 1440 H)

KMNU UGM juga melakukan perekrutan anggota baru melalui pendirian stand di agenda tahunan kampus yang bernama Gelanggang Expo. Hal ini menjadi cara baru bagi KMNU UGM untuk memberi gambaran umum organisasi ke mahasiswa baru. Program kajian juga dilaksanakan dengan cara yang baru, yaitu berkolaborasi dengan Gus Yunan dari Krapyak untuk mengisi kajian kitab serta dengan Prof. Abdul Rohman untuk mengisi ngaji Kitab Jurumiyah di Fakultas Farmasi. Tidak hanya itu, KMNU UGM juga diajak menjadi bagian kepanitiaan dari acara Doa UGM untuk Bangsa bersama Almaghfurlah KH. R. M. Najib Abdul Qadir dan Habib Sayyidi Baraqbah yang merupakan rangkaian Lustrum UGM Ke-14 yang dilaksanakan di Halaman Utara Balairung UGM pada tanggal 13 Desember 2020. Acara ini menjadi salah satu puncak prestasi yang dicapai pada tahun kepengurusan Kabinet SuperNova.

Begitulah kisah perjalanan KMNU UGM sejak awal berdiri hingga menjadi KMNU UGM di 2018. Tulisan ini disusun berdasarkan hasil wawancara dari alumni KMNU UGM dari tahun ke tahun. Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjadikan rangkaian kisah perjalanan KMNU UGM menjadi sebuah pengingat dan pelajaran. Seperti ungkapan Bung Karno “jas merah” yaitu jangan sekali-kali melupakan sejarah. Tidak ada hal yang sia-sia jika kita berniat untuk menebarkan kebaikan. Melihat berbagai kisah yang diceritakan sebelumnya, semoga menjadikan kita semakin semangat untuk merawat dan menjaga tradisi Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Kontributor:

Dimas Yoga Pratama (Ketua Umum KMNU UGM 2019/2020)

Muna Rihadatul Aisi (Kepala Biro Media KMNU UGM 2019/2020)

Laila Azizah (Staf Media KMNU UGM 2019/2020)


[i] Wawancara dengan Mas Akhda, Alumni KMNU UGM, pada tanggal 26 Juni 2020 melalui telepon WhatsApp pukul 10.36 WIB.

[ii] Wawancara dengan Mas Faisol, Alumni KMNU UGM, pada tanggal 30 Juni 2020 melalui chatting WhatsApp pukul 10.54 WIB.

[iii] Wawancara dengan Mas Izam, Alumni KMNU UGM pada tanggal 30 juni 2020 melalui chatting WhatsApp pukul 11.30 WIB.

[iv] Wawancara dengan Mas Ahmad Wardhana, Alumni KMNU UGM pada tanggal 9 September 2020 melalui chatting WhatsApp pukul 06.00 WIB.

[v] Wawancara dengan Mas Izzul Abid, Alumni KMNU UGM pada tanggal 9 Agustus 2020 melalui chatting WhatsApp pukul 11.00 WIB.

[vi] Wawancara dengan Mas Musyadad, Alumni KMNU UGM pada tanggal 31 Agustus 2020 melalui chatting WhatsApp pukul 21.00 WIB.

[vii] Wawancara dengan Mas Musyadad, Alumni KMNU UGM pada tanggal 31 Agustus 2020 melalui chatting WhatsApp pukul 21.00 WIB.

[viii] Wawancara dengan Mas Akhda, Alumni KMNU UGM, pada tanggal 26 Juni 2020 melalui telepon WhatsApp pukul 10.36 WIB.

[ix] Wawancara dengan Mas Ferdy Azmal Fakhrani, Alumni KMNU UGM, pada tanggal 11 Agustus 2020 melalui Google Meet pukul 13.00 WIB.

[x] Wawancara dengan Mas Latief Zulfikar, Alumni KMNU UGM, pada tanggal 17 Agustus 2020 melalui chatting WhatsApp.

[xi] Wawancara dengan Mas Firman Maulana Rusdi, MPO KMNU UGM, pada tanggal 11 Agustus 2020 melalui Google Meet pukul 13.00 WIB.

[xii] Wawancara dengan Mas Yogi Saiful Hidayat, Alumni KMNU UGM, pada tanggal 20 Agustus 2020 melalui chatting WhatsApp

Kisah PerjalananKMNU UGM
Comments (0)
Add Comment