WEBINAR IMAN PKN STAN WOMEN EMPOWERMENT: BERDAYA, BERKARYA, BAHAGIA

Berbicara mengenai sosok seorang perempuan seakan sulit untuk didefinisikan. Saat ini perempuan tidak lagi hanya berperan menjadi seorang ibu atau dalam pepatah jawa terdapat istilah “Masak, Macak, Manak” yakni “Memasak, Berdandan, dan Melahirkan seorang anak”. Namun perempuan saat ini telah berperan di segala lini kehidupan. Lalu bagaimana agar sosok perempuan itu dapat dikatakan sebagai “Woment Empowerment“? Sosok perempuan yang bagaimanakah itu?.

Tepat pada Minggu 13 Desember 2020 lalu, IMAN PKN STAN menyelenggarakan webinar nasional yang bertemakan “Woment Empowerment” : Berdaya, Berkarya, Bahagia. IMAN mengundang dua narasumber yang tertarik pada persoalan gender equality yaitu mbak Kalis Mardiasih dan Gusti Kangjeng Ratu Bendara.  Webinar kali ini ditemani oleh Mas Subhan anggota IMAN sebagai pewara dan mbak Reva Syarshina yang merupakan Alumni IMAN sebagai moderator. Acara ini dibuka dengan lantunan ayat suci Al Qur’an oleh saudara Ahmad Naziqi. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua IMAN, Mas Iqbal Maulidi. Dalam sambutannya Ia berharap semoga dengan adanya webinar kali ini dapat memperluas pandangan kita terhadap keperempuanan, sehingga dapat lebih menghargai seorang perempuan. Harapannya juga semoga IMAN dapat terus menebar kebaikan dan bermanfaat bagi kita semua. Sambutan yang kedua diisi oleh Kyai Tamam Khaulani selaku perwakilan Alumni IMAN. Beliau menyatakan bangga sekaligus bahagia dengan adanya webinar ini yang merupakan wujud dari produktivitas IMAN walau pandemi bahkan dapat dihadiri hingga 400-an partisipan zoom meeting maupun live youtube. Dalam menanggapi Woment Empowerment ini beliau menggambarkan sebagai dosis yang mana berdaya itu merupakan starting point-nya. lalu berkarya, kemudian bahagia itu destination-nya atau bisa juga berdarya dan berkarya sambil berbahagia. Sekarang ini perempuan memiliki peran strategis.

“Berdaya merupakan langkah awal, yakni bisa dengan belajar,” ujar beliau. Namun ketika berdaya jangan berhenti disitu, melainkan harus berkarya; menebar manfaat pada sekitar. Jangan lupa menjalani itu dengan bahagia. Memasuki acara inti, pemateri pertama dari webinar ini adalah Mbak Kalis Mardiasih kemudian diteruskan oleh Gusti Bendara.

Mbak Kalis Mardiasih

Akses Pendidikan untuk Perempuan; Inequality (why it matters?; Why do girls drop out?); Imajinasi; Empowered; Perempuan Pemimpin.

1.Inequality

Ketika berdiskusi tentang empowerment dan bahagia itu bukan tentang perempuan yang harus kuliah ke luar negeri atau punya usaha besar punya jabatan tinggi dalam bisnis dan harus maksimal juga sebagai ibu.  Ternyata bukan itu dahulu, yang seharusnya dibicarakan adalah “Apa yang menjadi penghambat? kenapa sulit untuk mencapai kesetaraan itu sendiri? apa kendalanya?”. Berdasarkan data Unicef, dari 130 miliar pemuda yang berhenti bersekolah itu 70% merupakan perempuan. Lalu kenapa ini dapat terjadi? Survei selanjutnya membuktikan sebab-sebabnya ada empat hal yakni 1. Kasus perkawinan anak; 2. Keluarga tidak mampu secara ekonomi dan biasanya yang didahulukan itu adalah anak laki-lakinya dahulu; 3. Kekerasan Seksual; 4. Tidak tersedianya fasilitas toilet yang memadai. Hal-hal ini sebetulnya berpengaruh secara keseluruhan ketika membicarakan tentang pemberdayaan.

2. Imajinasi

Seorang anak laki-laki itu sejak lahir sudah diibaratkan sebagai sosok utama dalam keluarga. Anak laki-laki itu akan menjadi sosok yang membanggakan, sehingga ia jauh dibebaskan untuk berbuat apapun sejak kecil. Sedangkan perempuan sejak kecil sudah disandingkan dengan aturan tidak boleh ini itu sehingga ini membatasi imajinasi perempuan. Sejak kecil ternyata perempuan telah dibatasi imajinasinya.

3. Empowered

Kapan sosok perempuan dapat dikatakan sebagai sosok yang empower? yaitu ketika dapat berkata berlaku, “Aku bisa dengan tubuhku, gagasanku, dan aku percaya akan diriku sendiri”. Ini terkesan mudah, padahal tidak semuanya dapat melakukan itu. Misal saja dalam Islam, senyum wanita saja sudah dianggap fitnah, keluar rumah sudah dianggap salah, bersuara masih sering dianggap salah, lalu darimana perempuan dapat bahagia dan percaya diri.

4. Perempuan Pemimpin

Nah ketika sudah berdaya dan bahagia, barulah kita dapat membahagiakan banyak orang. Jadi harus dari kita dahulu yang bahagia baru bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Kita harus yakin dengan prinsip kita, percaya dengan diri kita sendiri sehingga dapat menjadi sosok pemimpin yang ada di sekitar juga.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara mengomunikasikan ke keluarga sendiri yang masih berpikiran tradisional itu agar kita diperbolehkan untuk merdeka dan berkembang dengan passion kita? Nah sebelum kesitu, “Kenapa sihh perempuan mendapat banyak larangan dan aturan?” ya karena perempuan memiliki fungsi biologis yang berbeda dan ia rentan. Namun dari sini, seolah-olah perempuan itu dibebani sendirian, satu-satunya yang berjuang mempertahankan menjaga moral bangsa. Seorang perempuan seakan-akan dibebankan menjaga rahimnya sendirian. Harusnya yang dibuka bukan itu, laki-laki harus ikut menjaga. Bila perempuan dilarang keluar malam sebagai upaya pencegahan seksual, ya harusnya yang dibuka itu adalah bagaimana agar perempuan itu tidak mendapatkan pelecehan seksual, bagaimana menciptakan lingkungan yang aman tidak hanya bagi perempuan melainkan bagi kita semua. Misal yang laki-laki itu juga ditekankan untuk tidak menjadi pelaku pelecehan seksual, lelaki itu harus ikut menjaga. Belum lagi soal pulang malam yang masih menjadi stigma negatif di masyarakat kita, padahal sekarang banyak sekali profesi positif yang memang tidak mengenal waktu. Masyarakat menganggap yang pulang malam itu bagaimana keluarganya diurus tidak. Tapi jarang sekali hal ini dibuka kepada sosok laki-laki. Apakah lelaki yang berperan di publik itu juga berhasil menjadi seorang ayah yang baik bagi keluarganya di rumah? Nah ini akarnya, apakah asumsi ini sudah cukup setara di lingkungan kita. Tugas kita semua adalah menciptakan lingkungan yang aman bagi kita semua agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Kemudian balik lagi, bagaimana cara meng-empower perempuan lain di sekitar kita?. Jawabannya adalah kita harus tahu apa akar permasalahan dari perempuan itu. Kita tidak bisa menyamaratakan strategi sebab masing-masing hambatannya berbeda. Jadi harus dicari dahulu akarnya, jangan-jangan sedari kecil ia tidak diberi kepercayaan oleh keluarganya, jangan-jangan ia sering menerima kata buruk dari ayahnya. Setelah tahu titik permasalahannya, kita baru bisa membantu menyelesaikan di titik mananya.

Gusti Kanjeng Ratu Bendara

Merupakan seorang ibu, istri, Ratu, sekaligus seorang wanita karir. Gusti bercerita mengenai bagaimana ibunya menjadi role model kehidupannya dan bapaknya sebagai idolanya. GKR Hemas berpesan pada Gusti Bendara untuk selalu menginspirasi wonder woman yang lainnya. Ketika seorang laki-laki adalah kepala keluarga maka perempuan adalah lehernya. Bagaimana leher bisa menoleh bila leher tidak mendukung. Maka perempuan adalah support system laki-laki. Jadi biarlah laki-laki kepala keluarga tetapi perempuan adalah lehernya. Keluarga Keraton itu sungguh memberikan kebebasan dalam mendidik anak-anaknya yang walaupun ke-lima anaknya adalah seorang perempuan, tetapi tidak dibatasi untuk berkarya. Jurusan kuliahpun dibebaskan tidak terikat gender. Ketika memilih suami pun ujar beliau agar yang men-support perempuan dalam hal positif apapun. Ketika pacaran, diskusikan segala suatu hal untuk masa depan. Komunikasikan segalanya sejak pacaran, sebab itulah masa untuk mengenal dan bernegosiasi. Negosiasi harus dibangun sejak awal. Bila tidak seperti itu maka perempuan tidak akan tahu apa pandangan pasangan kita kedepannya. Maka komunikasikan segalanya mulai dari perekonomian, income keduanya, hingga tentang kapan memiliki anak pertama dan rentangnya, hal-hal lainnya yang visioner. Termasuk tentang karir akan bergerak dimana.

Gusti Bendara adalah seorang activist social juga yang harus sering keluar. Nah ini sering ditautkan dengan stigma bahwa perempuan yang sering keluar itu bukan seorang ibu yang baik. Padahal care itu tidak berarti harus yang selau di rumah, dan yang tidak di rumah itu bukan care. Stigma ini yang harus dipatahkan sebagai kaum perempuan. Peran perempuan itu terbagi menjadi tiga yaitu 1. Pendidikan dini (mainan tidak memandang jenis kelamin, jurusan kuliah tidak memandang jenis kelamin); 2. Sebelum menikah (memilih pasangan hidup yang tepat hanya bisa didapat dari komunikasi dan keterbukaan perasaan dan pikiran sebelum menikah); 3. Setelah menikah (komunikasi dengan support system, kemandirian seorang wanita, income generator).

Jadi seorang perempuan dikatakan mandiri itu apabila sudah mandiri finansial, juga ketika tidak merepotkan banyak orang, meminta tolong boleh tapi harus sadar apa yang harus kita lakukan kedepannya. Untuk seorang ibu, care itu tidak harus selalu dirumah. Untuk membagi waktu antara menjadi seorang ibu dengan wanita karir ini bagi Gusti intinya Ia harus 100% terhadap apa yang sedang dikerjakannya. Ketika sedang bekerja maka harus 100% fokus pada pekerjaannya. Ketika sedang di rumah maka 100% perhatian dengan keluarganya. Harus focus 100% on everything.

Kemudian bagaimana cara kita agar menjadi perempuan yang memberdayakan perempuan lain juga? Pesan Gusti, yang pertama coba tahan untuk tidak mengkritisi perempuan lain. Kita harus mengingatkan bila menjadi manusia itu jangan mengkritisi orang lain. Kita sadar bahwa kita tidak sempurna dan orang lain juga tidak sempurna. Maka putuslah rantai gosip. Raihlah mimpimu setinggi-tingginya. Stigma negatif tentang perempuan kita patahkan bersama. Apalagi seorang mahasiswa itu adalah masanya untuk membawa perubahan. Putus rantai gosip, biarkan orang lain membahas kehidupannya sendiri. Gusti Bendara menutup sharing-nya dengan pesan bahwa seorang perempuan itu harus mandiri. Sebisa mungkin memiliki income sendiri mau itu kecil atau besar yang terpenting harus memiliki tabungan sendiri karena ini penting sekali sebagai tambahan keluarga. Kemudian bila kita sesama perempuan melihat kekerasan dalam rumah tangga maka laporkan pada pihak yang berwenang. Lalu yang terakhir adalah kita harus menjadi seroang perempuan yang selalu fokus 100% terhadap hal apapun yang sedang kita kerjakan.

Selengkapnya bisa dilihat siaran ulangnya di Youtube IMAN PKN STAN dengan mengetik kata kunci “Webinar Woment Empowerment”. Dari webinar ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa ketika berbicara tentang kesetaraan dan bagaimana menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan itu adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat. Kemudian kita harus bersama mendukung perempuan untuk terus berdaya, berkarya, dan bahagia. Kita harus bersama memerangi stigma negatif tentang pandangan tradisional terhadap peran perempuan. Penting sekali untuk menjadi seorang perempuan yang mandiri dalam hal apapun termasuk ekonomi. Seorang perempuan juga harus bisa fokus 100% terhadap segala hal apapun yang sedang dikerjakan. Ketika perempuan dituntut untuk optimal menjadi seorang ibu, istri dan seorang wanita karir. Maka seorang laki-laki juga harus optimal menjadi seorang bapak, suami, juga sukses dalam karirnya.

Disusun oleh: Nensy Setyaningrum (IMAN PKN STAN)

Leave A Reply

Your email address will not be published.