Hari ini, senja terasa tak kunjung berpaling
Semu, gelapnya tak terlampau sempurna
Ditemani ketukan kulit perkusi yang sedang merajut makna
Bersahut syair rindu yang tak lekang oleh massa
Aku lagi-lagi tersimpuh disini
Kepalaku tertunduk tanpa daya
Pandanganku terkaca-kaca oleh linanganku sendiri
Hatiku, dia jauh lebih terhujam lagi oleh syairnya
Syair yang melabuhkanku pada seseorang
Yang jejak dan rupanya telah terhapus oleh waktu
Hatta, waktu ini fana bahkan tak berarti apa-apa untukmu
Kau lah yang menangisi dosaku di 1400 tahun yang lalu
Dikala surga sudah terjamin bagimu
Tapi kau masih mencoba mengais umat dari kubangan dosa-dosa
Dan termasuk aku pula
Umat yang kini meradang rindu padamu
Sadarku dalam pikiran tersadar
Apakah dayaku ditemuimu
Bahkan sekelebat mimpi saja tak mau menghampiri
Hanya syair-syair mauled yang mengenalkanku padamu
Malang memang terlampau malang umatmu yang satu ini
Setinggi langit sedalam palung lautan
Anganku bukanlah perintah Tuhan
Tidak lebih dari angan umat berdosa ditepi zaman
Sang syair, terbangkanlah rinduku padanya
Mahabbah yang tak ada siapapun bisa mengukurnya
Nurmu adalah terang dalam bayang dan gelapku
Dan kasihmu pula sudah terpatri dilubuk hatiku