Shiroh Nabi Muhammad saw. #Bagian 1

Nasab Nabi Muhammad saw.

Beliau adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin ‘Adnan. Nasabnya sampai kepada Ismail bin al-Khalil Ibrahim ‘alaihimas-salam.

Kelahiran Nabi Muhammad saw.

Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin di bulan Rabi’ al-Awwal tahun Gajah, Ada yang mengatakan pada tanggal dua, ada yang mengatakan pada tanggal tiga dan ada pula yang mengatakan tanggal dua belas. Pendapat yang terakhir adalah yang paling masyhur di kalangan ulama.

Hari Senin adalah hari yang penuh berkah. Sebuah ha­dis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (bin Hanbal), Ibnu ‘Abbas ra. : “Rasulullah saw. lahir pada hari Senin, diangkat sebagai nabi pada hari Senin, berangkat hijrah dari Makkah ke Madinah pada hari Senin, dan mengangkat Ha­jar Aswad pada hari Senin juga.” Sementara riwayat yang lain mengatakan bahwa beliau lahir dalam keadaan sudah berkhitan dan tali pusarnya sudah putus.

Pada malam kelahirannya terjadi berbagai keajaiban dan keanehan, antara lain: banyak berhala yang jatuh ambruk dari tempatnya berdiri. Pada saat kelahirannya tampak cahaya terang benderang di cakrawala hingga menyinari istana-istana di negeri Syam.

Istana Kisra (Maharaja Persia) mengalami kegoncangan hebat sehingga tiang-tiang penyangganya berjatuhan. Selain itu api sesembahan kaum Majusi di Persia mendadak padam pada malam itu, padahal selama lebih dari 1000 ta­hun sebelumnya tidak pernah padam. Bersamaan dengan itu pula air danau menyurut.

Wanita-Wanita yang Mengasuh dan Menyusui Nabi Muhammad saw.

Wanita pertama yang menyusui beliau adalah bundanya sen­diri, Sayyidah Aminah az-Zuhriyyah. Selanjutnya beliau di­susui oleh Tsuwaibah al-Aslamiyyah selama beberapa hari. Tsuwaibah adalah budak perempuan milik Abu Lahab. Keti­ka dia memberitahu tuannya tentang kelahiran Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shabihi wasalam, ia dimerdekakan oleh Abu Lahab sebagai tanda kegem­biraan. Kegembiraannya itu telah meringankan hukuman­nya di akhirat. Demikian menurut sebuah hadis mu‘allaq, yang diriwayatkan setelah Abu Lahab meninggal dunia. Ha­dis itu menuturkan bahwa Abu Lahab mendapat keringanan siksaan pada setiap hari Senin, karena ia memerdekakan Tsuwaibah sebagai tanda kegembiraannya mendengar be­rita kelahiran Muhammad saw.

Ibnu Mundah memandang Tsuwaibah sebagai salah se­orang sahabat Nabi. Namun terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hal itu. Kelak, pada suatu hari, Tsuwaibah datang kepada Rasulullah saw. setelah beliau me­nikah dengan Khadljah. Nabi Muhammad saw., juga Khadijah, menghormati Tsuwaibah. Ketika beliau sudah hijrah ke Madinah, beliau mengirim pakaian dan hadiah lain kepada Tsuwaibah. Seperti itulah hubungan beliau dengan Tsu­waibah hingga dia wafat.

Kemudian, setelah disusui Tsuwaibah, beliau disusui oleh Halimah binti Dzuaib as-Sa‘diyyah. Beliau dibawa ke daerah pemukiman Bani Sa‘ad, tidak jauh dari Tha’if. Di sana beliau tinggal bersama keluarga Halimah di tengah kabilah Bani Sa‘ad selama empat tahun. Dengan menyusui Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shabihi wasalam. Halimah mendapat banyak kebajikan, ke­cukupan rezeki dan kesejahteraan hidup.

Syima’, anak perempuan Halimah as-Sa‘diyyah, turut mengasuh beliau. Setelah beliau berusia empat atau lima tahun, Halimah mengembalikannya kepada ibundanya, Aminah az-Zuhriyyah, karena mengkhawatirkan kesela­matan beliau setelah teijadi peristiwa pembedahan dada beliau oleh dua Malaikat untuk menyucikan hatinya.

Sejak itu Halimah tidak pernah lagi melihat beliau ke­cuali dua kali. Yang pertama, setelah beliau menikah dengan Khadijah r.a. Ia datang kepada Nabi Muhammad saw. dan mengeluhkan kesukaran hidupnya akibat dilanda musim kering. Khadijah r.a. memberinya dua puluh kepala kam­bing dan beberapa barang yang lain. Pertemuan Halimah dengan beliau yang kedua kali ialah pada waktu sedang berkecamuk perang Hunain.

Nabi Muhammad saw. juga pernah diasuh oleh Ummu Aiman Barkah al-Habasyiyah, seorang budak perempuan peninggalan ayahnya. Setelah beranjak besar, Nabi Muham­mad saw. memerdekakan Ummu Aiman dan menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.(Ali Endi)

Sumber: www.alfachriyah.org

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.