NU, MERANGKAI HARMONISASI ULAMA DAN SANTRI SEBAGAI SIMBOL PERJUANGAN

Besarnya peran ulama dibalik proses perjuangan dakwah telah membawa konsekuensi kultural tersendiri. Terbangunnya harmonisasi ulama-santri merupakan hasil dari proses panjang yang telah dilakukan sejak Kolonial Belanda mengawasi masyarakat Islam terutama kalangan pesantren. Di era zaman millenial ini, banyak orang menamakan dirinya telah ikut jihad fii sabiilillah dengan mengangkat senjata dan menyebarkan paham atau konten radikal kepada masyarakat khususnya kaum muda. Padahal beragam hal tersebut malah membobrok mental, lambat laun memperpecah persatuan antar umat.

Pasang surut perjuangan dalam medan dakwah memang tidak bisa ditebak. Menjadikan Islam ini rahmah bukan hanya sebagai kiasan, setelah Rasulullah SAW wafat, ini menjadi tanggung jawab bersama. Apalagi ulama-santri sangat berperan penting terhadap hal tersebut. Zaman sekarang bukan masanya berperang dengan mengangkat senjata, akan tetapi maraknya perang ideologi yang menghasut ummat Islam. Meskipun demikian, para ulama tidak lantas berdiam diri. Para ulama terus berjuang, mereka melakukan perlawanan kultural melalui penguatan keilmuan dan membangun jaringan antar ulama-santri. Harmonisasi jaringan ulama-santri tersebut dahulu menjadi faktor penting cikal bakal lahirnya jaringan terorganisir dalam suatu wadah yang diprakarsai Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, yakni Nahdlatul Ulama (kebangkitan para ulama).

Ini menjadi penting sebab jika tidak dilestarikan akan menjadi kecelakaan sejarah atas peran ulama-santri dan menjadi bahan untuk pihak-pihak yang ingin memporak porandakan Nahdlatul Ulama. Berangkat dari sanalah mengapa sangat penting bagi kaum muda untuk selalu silaturrahmi kepada para ulama, selain untuk berdiskusi dan tukar pendapat, ini menjadi penguat kukuhnya rangkaian harmonisasi ulama-santri sebagai simbol perjuangan.

 

Widiaturrahmi / NB

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.