Menyambut Ramadhan di Masa Corona

Bulan puasa pada tahun ini sedikit berbeda dengan biasanya karena dunia sedang dilanda pandemi corona (covid-19), tetapi saya yakin di belahan dunia manapun umat islam akan tetap dan selalu bersemangat menyambut bulan yang sangat ditunggu-tunggu ini. Bulan Ramadhan selalu datang membawa kebahagiaan bagi umat Islam tak terkecuali pada tahun ini walaupun dengan keadaan yang berbeda yaitu adanya pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah guna menghambat laju penyebaran covid-19 di Indonesia. Banyak hikmah yang sebenarnya bisa kita ambil di tengah pandemi ini, salah satunya kita dipaksa oleh keadaan untuk menghapal kembali surah-surah pendek karena disuruh jadi imam shalat di rumah oleh istri (kecuali yang jomblo) hehehee, adanya wabah inilah membuat kita kembali hapal surah-surah pendek dan bisa menjadi imam di keluarga atau bahkan nanti di Musholla di dekat tempat tinggal kita. Tetapi mungkin sebagian orang masih bingung bagaimana kita bisa mendapatkan keutamaan bulan Ramadhan di tengah pandemi ini, dan bagaimana cara kita menyambutnya?

Sebelum kita membahas permasalahannya, kita harus mengetahui dulu faidah puasa Ramadhan, Sulthan al-Ulama Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami al-Syafi’i (w. 660 H) mengatakan dalam kitabnya Maqashid al-Shaum bahwa setidaknya faidah puasa Ramadhan itu ada tujuh dan semuanya itu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu:

  1. Meninggikan derajat
  2. Menghapus kesalahan
  3. Melemahkan syahwat
  4. Memperbanyak sedekah
  5. Meningkatkan ketaatan
  6. Syukur kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala yang tidak tampak
  7. Menjauhkan diri dari bisikan maksiat serta perbuatan yang menyimpang dari syariat.

Itulah tujuh faedah puasa yang disebutkan oleh sultannya para ulama, Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami al-Syafi’i. Selain itu berpuasa juga bisa menyehatkan, dalam kitab Maqashid As-Saum tersebut Imam Izzuddin mengutip hadits dari abu hurairah yang berbunyi

صوموا تصحوا

Puasalah niscaya kamu akan sehat” (HR Thabrani)

Banyak juga penelitian ilmiah yang mengatakan kalau berpuasa itu sangat menyehatkan bahkan bisa untuk menguatkan imun, jadi jangan meninggalkan puasa karena takut imun kita menjadi lemah. Karena hakikatnya puasa sangat menyehatkan untuk tubuh dan pikiran, disamping puasa memang menyehatkan kita juga harus tetap menjaga kesehatan agar bisa mengerjakan amalan-amalan seperti tarawih, tadarus, dan yang lain dengan sebaik-baiknya. Karena keutamaan Ramadhan tidak akan bisa diraih apabila kondisi badan kita kurang fit akibat kesalahan kita dalam melakukan puasa seperti makan berlebihan ketika berbuka.

Pada bulan Ramadhan, semua umat muslim tentu akan berlomba dalam berbuat kebaikan agar bisa mendapatkan Fadhilahnya, dan pastinya kita semua mau mendapatkan keutamaan Ramadhan kan, maka dari itu dalam masa pandemi seperti ini perlu kita lakukakan penyesuaian dalam menjalaninya agar Ramadhan kita tetap berkah dan mendapatkan keutamaannya.

Di Rumah Saja (dengan niat Uzlah)

Teringat nasihat yang bijak dari Al Habib Nabiel bin Fuad Al Musawa di akun twitternya bahwa ketika mengisolasi diri di rumah sebab covid-19 niatkan lah itu sebagai Uzlah, beliau menambakan bahwa uzlah itu adalah menjauhi manusia sebab ingin berduaan dengan Allah karena seseorang yang selalu bersama Allah tidak akan pernah merasa kesepian walaupun semua orang meninggalkan, maka bergembiralah. Dengan kita berdiam diri di rumah saja maka presentasi kita berbuat maksiat juga akan berkurang, ketika potensi untuk berbuat maksiat itu berkurang bahkan tidak melakukan perbuatan maksiat kepada Allah serta bisa menghiasi waktu kita dengan membaca Al-Qur’an, memperbanyak Shalawat, memperbanyak Dzikir kepada Allah SWT dan juga memperbanyak ibadah sunnah di dalam rumah maka dengan semua itu kita akan mendapatkan keutamaan puasa.

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin membagi tingkatan puasa kepada tiga tingkatan, yaitu:

1) صوم العموم (Puasa Umum)

Pada tingkatan ini yang dinamakan puasa adalah hanya sebatas menahan perut dan kemaluan dari kebutuhan syahwat, yaitu menahan dahaga dan lapar serta menjaga alat kelamin dari hal-hal yang membatalkan puasa.

2) صوم الخصوص (Puasa Khusus)

Yaitu puasa dengan menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badan dari dosa dan maksiat.

3) صوم خصوص الخصوص (Puasa Paling Khusus)

Yaitu puasa dengan menahan hati agar tidak terlintas untuk memikirkan dunia dan memikirkan selain Allah SWT. puasa ini dianggap batal apabila terlintas dalam hati dan pikiran apa-apa selain Allah SWT. dan hari akhir.

Dalam kacamata tasawwuf tersebut kita ketahui salah satu hal yang dapat membatalkan pahala ibadah puasa bukan hanya sebatas tidak dapat menahan perut dan kemaluan dari hal-hal yang tidak dibolehkan tetapi juga ketika tidak bisa menahan pendengaran, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari hal-hal yang dilarang Allah seperti mendengarkan ghibah, berkata-kata kotor dan lainnya. Maka ketika kita berdiam diri di rumah interaksi kita terhadap orang lain secara langsung juga akan berkurang dan otomatis akan menjaga kita dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Qiyam Ramadhan di Rumah

Qiyam Ramadhan secara umum yaitu menegakkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah shalat. Amalan Qiyam Ramadhan ini dapat menjadi momentum kita untuk mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

Barang siapa yang menegakkan (malam-malam) bulan Ramadhan dengan keimanan dan mencari keridhaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Qiyam Ramadhan adalah Shalat Tarawih. Ketika sudah melakukan tarawih maka terpenuhilah apa yang dimaksud sebagai qiyam itu. Pada masa wabah sekarang kita dianjurkan oleh pemerintah untuk beribadah di rumah saja, begitupun dalam melaksanakan shalat tarawih. Para ulama berbeda pendapat tentang shalat tarawih seharusnya dilaksanakan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri di rumah. Memang sebagian besar Imam Mazhab menyatakan bahwa hadir berjamaah di masjid adalah yang utama, sedangkan yang menyatakan shalat tarawih lebih afdhal di rumah adalah pendapat Imam Malik, Syaikh Abu Yusuf dan pendapat sebagian Ulama Syafi’iyyah. Pendapat mereka ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

فصلو أيها الناس فى بيوتكم، فإن أفضل الصلاة صلاة المرء فى بيته إلا المكتوبة

Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat yang wajib” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam Malik pernah ditanya oleh pengikutnya tentang bagaimana Imam Malik melakukan Qiyam Ramadhan, Imam Malik menjawab, kalau dilakukan di rumah itu kuat dan juga lebih lama, saya lebih menyukainya. Tetapi kebanyakan umat islam tidak kuat dan malas melaksanakan shalat sendiri di rumah.

Maka pada masa wabah seperti ini kita berpegang saja dengan ulama yang berpendapat bahwa shalat tarawih di rumah lebih afdhal. Selain kita tetap mendapatkan keutamaan tarawih kita juga membantu pemerintah untuk memutus rantai penyebaran covid-19 di sekitar kita.

والله أعلم بالصواب

Disusun oleh: Muhammad Ichsan (KMNU UIN Sunan Kalijaga)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.