Mengetengahkan Islam Ramah dalam Riuh Tantangan Kebhinekaan

Keributan mengenai penegakan khilafah Islamiyah di bumi Indonesia semakin tidak kondusif. NKRI dan kebhinekaan akan dijadikan tumbal oleh kelompok yang menginginkan pendirian negara Islam secara sepihak. Gerakan separatis kelompok ini perlu ditanggulangi bersama, mengingat konstitusi negara ini sudah final dan tidak boleh dirubah. Pemerintah, ormas dan masyarakat harus merekatkan barisan untuk memukul mundur kelompok pengusung khilafah islamiyah.

Merespon hal ini, KMNU UIN SUKA mengadakan Seminar Nasional yang mengambil tema ‘Meneguhkan Islam Ramah dalam Tantangan Kebhinekaan’ pada tanggal 8 April 2017. Seminar nasional yang bertempat di Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini merupakan kegiatan rangkaian harlah ke-2 KMNU UIN SUKA. Tema seminar nasional ini menjadi representasi turunan dari tema harlah ke-2 KMNU UIN SUKA yaitu ‘Meneguhkan Peran KMNU sebagai Organisasi Dakwah yang Santun dan Profesional’. Harapannya, KMNU UIN SUKA dapat ikut andil dalam peneguhan NKRI dan kebhinekaan.

Hadir sebagai pembicara Gus Irwan Masduki, Lc., M.Hum. (Pengurus Pusat LAKPESDAM NU) dan Much. Syaifuddin, SE. (Forum Kerukunan Umat Beragam FKUB DIY). Beliau berdua banyak menyampaikan mengenai bagaimana Islam yang ramah, Islam yang sesuai dengan ke-Indonesia-an serta peran dan gerakan pemerintah-ormas-masyarakat dalam menjaga keutuhan NKRI dari kelompok penegak khilafah. Dialog selama seminar ini juga sangat menarik mengingat 160 lebih peserta yang hadir berpartisipasi dengan baik.

Islam pada dasarnya adalah agama yang ramah. Gus Irwan menyampaikan bahwa bila ada orang Islam yang marah terhadap perbedaan, maka ia merupakan orang yang gagal paham dikarenakan pemahamannya yang tesktual atas dalil. Islam tahu cara mendudukkan perbedaan secara proporsional. Hal ini selaras dengan isi piagam Madinah yang isinya saling menghormati. Pahami dulu perbedaan yang muncul di tengah umat, dudukkan masalahnya lalu cari penyelesaian yang pas.

Syaifuddin juga menyampaikan hal senada yaitu bahwa repersentasi ramah ialah mengetahui mana kawan dan mana lawan. Ada prinsip tabayyun dalam Islam. Mengikapi suatu masalah tidak asal tebang. Namun disamping itu kita sebagai umat Islam Indonesia tetap perlu bersikap waspada. Utamanya, terhadap hidden agenda dari kelompok pengusung khilafah Islamiyah, HTI. Gerakan kelompok ini dapat merusak kebhinekaan dan meruntuhkan NKRI. Tentu saja, kita menyikapi dengan cara yang santun dan pemahaman yang tepat. Kecuali pada tataran tertentu yang mengharuskan kita bersikap tegas.

Islam ramah. Indonesia damai. Kebhinekaan lestari. NKRI harga mati. (al.f/KMNU UIN SUKA).

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.