Mengenang Sosok Kyai Maftuh Basyuni

Muhammad Maftuh Basyuni dikenal sebagai sosok pembelajar yang rendah hati. Perjalanan hidupnya diawali dengan kegetolan menuntut pengetahuan hingga ke Tanah Haram, Mekkah dan Madinah. Sepulang ke Indonesia, Maftuh diberi kesempatan untuk mengabdi kepada Negara. Tak tanggung-tanggung, ia turut andil dalam empat era kepemimpinan. Yakni Presiden Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Di masa pemerintahan Soeharto, Maftuh mengawali pengabdiannya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Jeddah Arab Saudi pada 1976-1979. Setelah itu, ia diminta kembali ke Tanah Air dan menjabat sebagai Kepala Rumah Tangga Kepresidenan, dan juga Kepala Protokol Istana pada masa Presiden Soeharto dan Presiden BJ Habibie.

Setelah Reformasi 1998, Maftuh diangkat sebagai Menteri Sekretaris Negara di bawah kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Selanjutnya, ia diminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk bergabung ke dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I sebagai Menteri Agama.

Mengenang kedalaman ilmu dan pengabdiannya kepada Negara, anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq menyebut Maftuh Basyuni sebagai sosok kiai birokrat. Menurut Maman, tak banyak orang di Indonesia yang memiliki kesempatan mengabdi kepada Negara hampir di sepanjang usia selayak Maftuh.

“Empat Presiden pernah dilayaninya dengan jabatan berbeda. Namun ia merekam perjalanan hidupnya sebagai seorang pembelajar yang rendah hati,” kata Maman saat dihubungiMetrotvnews.com, Selasa (20/9/2016).

Sesudah melepas pengabdian sebagai Menteri Agama, Maftuh tak lantas berhenti mencurahkan perhatiannya kepada Negara. Menurut Maman, telah banyak masukan dan teladan yang diberikan Maftuh Basyuni hingga sepeninggalnya sore tadi.

“Sebagai anggota Komisi VIII DPR RI, saya mendapatkan banyak ilmu dan strategi yang jitu tentang wakaf dan sinergitas dengan Kementerian Agraria,” kata Maman. Di luar itu, Maman juga mengenang kritik pendidikan yang disampaikan Maftuh Basyuni selama ia hidup. Maftuh, kata Maman, adalah sosok yang banyak menimbang kelemahan dan kelebihan metode hafalan yang kala itu masih banyak digunakan di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.

“Di Madinah tempat beliau meraih kesarjanaan konon metode hafalan yang diutamakan. Maka ia bandingkan dengan metode nalar,” kata Maman. Maftuh Basyuni dikabarkan meninggal meninggal pada pukul 18.30 WIB di RSPAD Gatot Subroto, sore tadi. Kabar meninggal ini dibenarkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. “Iya, benar beliau telah wafat,” ujar Lukman kepada Metrotvnews.com melalui pesan WhatsApp, Selasa (20/9/2016). Maftuh lahir di Rembang, Jawa Tengah pada 4 November 1939. Selain pernah menjabat sebagai Menteri Agama RI, ia juga menjabat sebagai Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) periode 2014-2017.(SBH)

Sumber: www.metrotvnews.com

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.