Oleh : Muhammad Eka Arifansyah ( KMNU UNSRI )
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Apa kabar, Sobat? Semoga Allah senantiasa limpahkan rahmat kepada kita semua dalam perwujudan nikmat sehat afiat dan semangat menjadi insan yang bermanfaat. Aamiin Yaa Allahu Ahad.
Oh ya, Sob. Sudah tidak asing dengan istilah kufur dan syukur, kan? Lantas, mengapa di antara kita justru masih terjebak dalam kebiasaan kufur daripada syukur? Mari kita bersama berbagi solusi. Tentunya disesuaikan dengan tuntunan syariat Baginda Nabi. Bismillah.
Kufur, secara umum dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Ada yang tergolong kufur akidah (inkar, juhud, inad, dan nifak), juga kufur nikmat. Untuk bahasan kufur kali ini ialah kufur nikmat.
Frasa ‘kufur nikmat’ telah termaktub dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti tidak bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah SWT. Tentunya, perilaku kufur nikmat tetap tergolong perbuatan tercela, walaupun tidak seberat empat kategori kufur akidah. Sebagaimana Imam Nawawi Al-Bantani berpetuah dalam kitab Nashaihul Ibad: “Kufur nikmat adalah hina. Maksudnya tidak mensyukuri nikmat merupakan tanda kerendahan diri seseorang”. Bahkan petuah tersebut selaras dengan peringatan keras dari Allah SWT. bagi hamba-Nya yang tidak pandai bersyukur alias kufur, Surat Ibrahim ayat 7: “… Tetapi, jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat”.
Na’udzubillahi Mindzalik, Sobat.
Lantas, bagaimana supaya diri kita perlahan dapat terhindar dari kufur nikmat? Kuncinya ialah perbanyak syukur. Tercantum dalam KBBI, kata ‘syukur’ bermakna rasa terima kasih kepada Allah SWT; pernyataan lega, senang, bahagia, dsb. Tidak perlu risau untuk mencari referensi atau tips dan trik jitu untuk pandai bersyukur. Rasulullah SAW. adalah suri teladan sepanjang masa bagi peradaban manusia, dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: “Lihatlah kepada orang yang kebih rendah dari kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang lebih tinggi dari kalian. Sesungguhnya hal itu lebih baik agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah”.
Perlahan, namun pasti dalam ikhtiar mengimani dengan kesungguhan atas Qada dan Qadar Allah SWT. serta istikamah menebar kebermanfaatan. Demikian bahasan ihwal kufur dan syukur di ranah nikmat. Semoga bermanfaat. Kurangi kufur (insecure), langgengkan syukur, ya Sobat.
Wallahu A’lam Bisshawab.Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh