Kontemplasi Dunia Maya dan Dunia Anak

Penanaman Nilai-Nilai Islam Ramah dan Cinta Tanah Air Pada Anak Sejak Dini

Dunia maya khususnya media sosial, dewasa ini dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar manusia dalam berkehidupan. Manusia dapat menjangkau dunia luar yang lebih jauh dan luas melalui media sosial. Hanya dengan menyentuh tombol-tombol pada papan digital, manusia mampu mengakses segala informasi di berbagai belahan dunia. Segala bentuk yang ditawarkan oleh media sosial menjadi bagian yang tidak terlepas dari segala aktivitas manusia. Dengan demikian, sebagai insan yang melek teknologi patut mensyukuri atas nikmat yang luar biasa ini.

Sungguh disayangkan, jika kesadaran ini acapkali dilupakan dalam menggunakan media sosial. Banyak diantara  pengguna media sosial yang tidak bertanggungjawab atas postingan-unggahannya, yang seringkali bernada sentimen keagamaan, etnis, yang mengandung unsur SARA lainnya. Seperti hujatan, cacian, adu domba, dan pembunuhan karakter banyak bermunculan menghiasi beranda-beranda media sosial, bahkan menjadi konsumsi yang diamini oleh banyak orang. Diantara para penguna media sosial adalah anak di bawah umur (<18 tahun), notabene belum memiliki kematangan dalam berpikir dan tingkat emosional yang belum cukup. Sehingga dapat dikatakan, media sosial bukanlah ruang yang tepat untuk anak dibawah umur.

Dilansir dari cnnindonesia.com hari kamis, 25/05/2017, beredar video viral sekelompok anak-anak yang menghujat Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok (tersangka kasus penistaan agama). Mereka berpakaian putih-putih dengan serentak berteriak “Bunuh si Ahok sekarang juga”. Diduga hal tersebut dilakukan saat pawai menyambut Bulan Ramadlan ini. Adanya benih-benih kebencian dengan berlandaskan keagamaan inilah yang menelurkan sikap rasis, sarkas, dan intoleran terhadap orang lain yang akhirnya mampu mengkerdilkan generasi emas bangsa. Maka dari itu perlu perhatian dan kekhawatiran luar biasa dalam menyikapinya. hal tersebut mampu diakses, diketahui dan ikuti oleh anak-anak secara mudah melalui media sosial. Adanya interaksi yang intens antara anak-anak dengan media sosial inilah, secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola pikir dan cara pandang dalam membentuk karakternya. Dengan demikian permasalahan antara dunia maya, khususnya media sosial dengan dunia anak hingga saat ini belum juga usai.

Penanaman nilai-nilai Islam yang santun dan ramah serta rasa cinta tanah air kepada anak sejak usia dini, menjadi upaya yang tepat untuk menangkal benih-benih kebencian yang beralaskan agama. Dalam hal ini Nahdlatul Ulama sebagai representasi Islam santun dan ramah serta kecintaannya terhadapa tanah air dan bangsa, memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai tersebut.

Salah satunya melalui Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU), yang berkecimpung secara langsung dan aktif dalam penyelengaaraan dan pelayanan  pendidikan. Sebagai langkah yang strategis penanaman nilai-nilai keagamaan yang santun dan ramah serta kecintaan pada tanah air diperjuangkan melalui mata pelajaran Aswaja, ke-NU-an, pendidikan kewarganegaraan dan pencasila, serta secara kultural dan ideologis  harus ditanamkan pada segala aspek ritus kehidupan anak sejak dini.

Dukungan orang tua sebagai bagian dari lingkungan terdekat anak, dalam menjaga ritus-ritus ke-NU-an dan mampu memberikan pemahaman secara psikologis kepada anak mengenai sikap saling menghormati serta sikap toleransi terhadap sesama ummat manusia menjadi hal yang sangat vital dan berpengaruh terhadap pola pikir anak. Tidak hanya itu, orang tua wajib menanamkan sikap bijak sejak dini kepada anak dalam menjelajahi ruang-ruang dunia maya, dan memberikan ruang-ruang yang diperlukan anak tanpa “mengurung”nya dari perkembangan teknologi.

Dengan demikian, anak akan tumbuh menjadi sosok insan yang paripurna, dapat menghargai perbedaan dan mampu memanusiakan manusia di tengah derasnya arus modernitas yang semakin mengaburkan batas antara baik dan buruk. (Yuana Fatwalloh, KMNU UNAIR/Eff)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.