Kesabaran Doa Nabi Zakaria

Doa adalah senjatanya orang mukmin. Kalimat tersebut tak lagi asing di telinga kita. Dalam keterangan lain bahkan disebutkan, doa ialah sesuatu yang disyari’atkan oleh Allah SWT lewat firmannya:

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Q.S Ghafir: 60).

Doa dianalogikan dengan sebuah “senjata” sedangkan kata “senjata” dapat  dipahami dengan alat yang lazim digunakan untuk perlawanan musuh atau menyelamatkan diri. Maka jelaslah bahwa doa ialah kunci kebaikan dan keselamatan orang mukmin.

Bahkan dalam suatu hadits Nabi Muhammad SAW bersabda:  “Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah (dengan berdoa), maka Allah marah kepadanya.”

Jelas hal ini menjadi sebuah pembeda antara Allah dengan makhlukNya. Bila seorang manusia terus-menurus dipinta, ia akan balik marah. Tetapi jika Allah tak dipinta,  justru Ia akan marah.

Berbicara tentang berdoa, tentunya berdoa memiliki tatacara yang mesti dilaksanakan, diantaranya yaitu, hendaklah berdoa diiringi kesabaran, bersungguh-sungguh, tidak tergesa-gesa dan dengan suara yang lemah lembut (tenang). Berdoa seperti itu, adalah cara berdoa yang dicontohkan oleh Nabi Zakaria As.

Nabi Zakaria adalah seorang nabi yang diutus Allah, yang tidak memiliki keturunan hingga usia telah senja. Lantaran istrinya mandul. Sebenarnya sejak memasuki gerbang pernikahan pun beliau sudah mendambakan kehadiran seorang putera. Tapi apa daya hingga rambutnya beruban, tulang belulangnya melemah, keinginannya belum jua terpenuhi.

Walau demikian, Nabi Zakaria tidak pernah putus asa untuk selalu meminta dan berdoa. Ia yakin, sekalipun istrinya juga sudah tua renta bahkan seorang yang mandul, jika Allah menghendaki, niscaya mereka akan dikaruniai anak juga.

Hingga pada suatu hari, masuklah Nabi Zakaria menemui keponakannya, Maryam, yang selalu menyepi dalam mihrab (tempat shalat). Beliau mendapati buah-buahan musim panas di kamar Maryam, padahal saat itu tengah musim hujan. Nabi Zakaria bukan main herannya. Sebab, setahunya Maryam sepanjang waktu selalu bersujud kepada Allah dan tidak diperbolehkan seorang pun masuk kecuali ia dan Maryam.

Karena heran, ia tak tahan untuk tak bertanya.

“Dari mana kau mendapatkan semua rezeki ini?”tanya Nabi Zakaria dengan heran.

“Dari Allah SWT,” jawab Maryam. “Dia memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendakin-Nya,” sambung Maryam.

Hati Nabi Zakari merasa dipenuhi keyakinan yang tinggi, bahwa Allah maha kuasa, tiada yang mustahil bagiNya.

Sebenarnya ada kehawatiran yang berlebih di hati nabi Allah itu, ia menghawatirkan siapa yang akan menggantikan dakwah sepeninggalannya nanti. Sehingga walaupun keadaannya begitu, Nabi Zakaria tetap menyimpan keinginan untuk memiliki keturunan yang akan mewarisi keilmuannya, pun yang akan meneruskan perjuangannya menyerukan kebenaran.

Dan nabi Zakaria pun kembali berdoa memohon dikaruniai seorang putera. Ia begitu sabar meminta walaupun sadar bahwa menurut hukum adat hal demikian sulit untuk terjadi. Tapi berkat kesabaran, keyakinan, dan kesungguhannya, Allah mengabulkan doanya.

Atas kuasa Allah, Nabi Yahya pun kemudian terlahir dari rahim istrinya. Ini bukti nyata bahwa doa mampu mendobrak ketidakmungkinan.

Lantas doa apa yang telah kita langitkan hari ini? Sebarapa  sabarkah kita menanti doa terkabul? (Zulfatul Fuadiah)

Sumber: www.nu.or.id

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.