Keputusan Bahtsul Masail NU Terkait Puasa Arafah

A. DESKRIPSI MASALAH

Waktu di Indonesia lebih cepat kira-kira 4-5 jam dari waktu Saudi Arabia. Dengan demikian, waktu sahur atau buka puasa bagi muslimin di Indonesia lebih cepat 4-5 jam.

B. PERTANYAAN

Puasa sunnah hari ‘Arafah bagi kaum muslimin yang tidak sedang melakukan ibadah haji, apakah karena peristiwa wuquf ataukah karena kalender hari ‘Arafah?

C. JAWABAN

Puasa yang dilakukan adalah karena yaumu ‘Arafah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat yang berdasarkan rukyat.

D. DASAR PENGAMBILAN HUKUM

1. Fath al-Wahhab

يسنّ صوم يوم عرفة وهو تاسع ذي الحجّة لغير الحجّ لخبر مسلم صيام يوم عرفة يكفّر السّنة الّذي قبله والّتي

Pada hari ‘Arafah disunnahkan berpuasa, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah bagi selain orang yang sedang melaksanakan haji. Karena hadits riwayat Muslim: “Puasa pada hari ‘Arafah bisa menghapus (dosa) setahun yaitu tahun yang sebelum dan sesudahnya”.

(Zakaria al-Anshari, Fath al-Wahhab, Beirut: Dar al-Fkr, t. th., Juz 1, h.145).

2. Futuhat al-Wahhab bi Taudhih Fath al-Wahhab

وقد قالوا ليس يوم الفطر اوّل شوّال مطلقا بل يوم يفطر النّاس وكذا يوم النّحر يوم يضحّي النّاس ويوم عرفة الّذي يظهر لهم انّه يوم عرفة سواء التّاسع والعاشر لخبر الفطر يوم يفطر النّاس والاضحي يوم يضحّي النّاس رواه التّرمذيّ وصحّحه وفي رواية للشّافعيّ وعرفة يوم يعرف النّاس ومن رأى الهلال وحده او مع غيره وشهد به فردّت شهادته يقف قبلهم لا معهم ويجزيه إذ العبرة في دخول وقت عرفة وخروجه

Para ulama sungguh telah berkata: “Hari raya fitri itu bukan berarti awal Syawal secara mutlak, (namun) adalah hari dimana orang-orang sudah tidak berpuasa lagi, demikian halnya hari nahr adalah hari orang-orang menyembelih kurban, dan begitu pula hari ‘Arafah adalah hari yang menurut orang-orang tampak sebagai hari ‘Arafah, meski 9 dan 10 Dzulhijjjah, mengingat hadits: Berbuka (tidak puasa lagi) yaitu hari orang-orang tidak berpuasa dan Idul Adha adalah hari orang-orang menyembelih kurban”. Hadits riwayat Tirmidzi, dan ia shahihkan. Dalam riwayat Imam Syafi’i ada hadits: “Hari ‘Arafah adalah hari yang telah dimaklumi oleh orang-orang”.

Barangsiapa melihat hilal sendirian atau bersama orang lain dan ia bersaksi dengannya, lalu kesaksiannya itu ditolak, maka ia harus wuquf sebelum orang-orang, tidak boleh wuquf bersama mereka, dan wuqufnya mencukupi (sebagai rukun haji). Sebab yang menjadi pedoman perihal waktu masuk dan keluarnya hari ‘Arafah adalah keyakinannya sendiri.

(Sulaiman bin Manshur al-Jamal, Futuhat al-Wahhab bi Taudhih Fath al-Wahhab, Mesir: al-Tujjariyah al-Kubra, t. th., Jilid II, h. 460).

3. Fath al-Mu’in

(ويسنّ) متأكّدا (صوم يوم عرفة) لغير حاجّ لأنّه يكفّر السّنة الّتي هو فيها والّتي بعدها كما في خبر مسلم وهو تاسع ذي الحجّة

Disunnahkan dengan sunnah muakkad berpuasa pada hari ‘Arafah bagi selain orang yang haji, karena puasa tersebut dapat menghapus dosa setahun yang sedang dijalaninya dan setahun sesudahnya. Seperti dalam hadits riwayat Muslim. Hari ‘Arafah adalah tanggal 9 Dzulhijjah.

(Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in pada Tarsyih al-Mustafidin, Beirut: Dar al-Fikr, t. th., h. 170).

SUMBER:
Keputusan Bahtsul Masail al-Diniyyah al-Waqi’iyyah Muktamar XXX Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, 21-27 November 1999.

Selengkapnya di Ngaji Yuk!: http://www.elhooda.net/2015/09/puasa-sunnah-arafah-mengikuti-wukuf-atau-kalender-hari-arafah/.

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.