Kendalikan Anu-mu!!!

Abdullah ibn Umar merupakan sosok sahabat yang selalu menghindarkan dirinya dari peperangan antar sesama muslimin. Pernah suatu ketika ada orang yang bertanya kepadanya atas sikapnya yang tidak ikut berperang hingga akhirnya Sayyidina Ali terbunuh. Beliau balik bertanya, “Apakah seorang muslim dibolehkan menumpahkan darah saudaranya?”.  Beliau juga mengaggap perang tersebut bukan jihad melainkan pembunuhan dan pertumpahan darah antar sesama. Karena tidak puas dengan jawaban Abdullah ibn Umar, maka orang tersebut mengatakan bahwa Abdullah sengaja membiarkan para sahabat nabi saling membunuh sehingga ketika tinggal dia seorang yang masih hidup kaum muslimin akan mengangkatnya menjadi Amirul Mukminin. Walaupun kenyataannya tuduhan tersebut tidak benar adanya, karena beliau seorang yang ikhlas, cerdas juga shalih.

Kisah singkat diatas merupakan kritik dengan semangat membangun dan perlawanan terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh seorang Abdullah ibn Umar. Beliau berfikir jauh kedepan sebelum melakukan suatu tindakan, tidak latah atau ikut-ikutan tanpa tahu arah dan tujuan. Dari zaman Abdullah ibn Umar kita menuju ke zaman sekarang, zaman dimana umat islam rasanya sudah bukan saatnya lagi musuh-musuhan apalagi perang-perangan. Sudah saatnya perang beneran, perang melawan anu, karena siapa yang anu-nya mengalahkan akalnya, maka dirinya bisa jadi tak ber-Tuhan. Terbukti timur tengah porak-poranda karena anu-nya yang besar sudah tak terkendalikan.

Anu adalah awak nu nafsu (diri yang nafsu/hawa nafsu) maksudnya hawa nafsunya tidak terkendalikan terutama terhadap hal-hal duniawi, apalagi jika sudah menyangkut urusan politik, biasanya kebanyakan tentang perebutan kekuasaan dan dendam-dendaman. Walaupun ketika saling bertemu tersenyum mesra namun ah hati seorang politisi hanya Tuhan yang tahu. Benar kata Rasul saw. “orang cerdas adalah orang yang bisa menundukan hawa nafsunya dan beramal untuk bekal setelah mati, sedangkan orang lemah (bodoh) adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah dengan panjang angan-angan (thuulul amal).”

Saat ini umat islam tengah dihadapkan pada perang pemikiran (ghazwul fikri), sehingga jihadnya lebih dahsyat. Bahkan di dalam rumah sekalipun masih mendapat ancaman dari pihak lawan. Cara melawannya lebih asyik dengan pemikiran juga. Meminjam ungkapan yang digunakan oleh Jalaluddin Rumi “raja’naa min jihaadis shuwar ilaa jihaadil fikar” yang artinya kita kembali dari jihad gambar-gambar (dunia, hal-hal indrawi) menuju kepada jihad pemikiran. Bukankah kita semua orang-orang terpelajar? Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil dalam fikiran apalagi dalam perbuatan, kata Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia, sehingga jika ada orang terpelajar yang berbuat rusuh dan fitnah terlebih terhadap negaranya sendiri, ya tinggal tanya saja kepadanya “dimana anu-mu, di dalam akal atau di antara kedua selangkangan?” (Bukhori Zainun/Eff)

Bandung, 12 November 2016

Pemuda ganteng yang kesepian

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.