ISLAM KU ISLAM RAMAH ATAU MARAH ?

Sejatinya islam merupakan agama rahmat  yang artinya  islam adalah agama yang mengajarkan  cinta dan kasih sayang. Dalam catatan sejarahnya telah tercatat tentang bagaimana islam telah banyak berperan dalam mewujudkan perdamaian. Pada awal kemunculanya islam berhasil meredam perang antara suku dan golongan dijazirah arab dan menyatukanya dalam bingkai persaudaraan sehinggga  masa itu adalah masa yang paling ideal dalam sejarah umat islam karena ketika itu Nabi Muhammad SAW merupakan representasi dari islam sendiri masih mendampingi  umatnya sehingga islam dapat berlaku secara efektif (Makky A dkk, 2019).

Namun belakangan ini pandangan islam sebagai agama rahmat dan agama yang ramah oleh beberapa golongan telah dipandang berbeda bahkan kini islam dipandang sebagai agama penebar teror dan  sumber dari radikalisme. Hal ini disebabkan karena aksi teror dan kekerasan yang mengatas namakan  islam kian merebak. Ali Ashgar (2014), pernah berkata jika Islam telah menjadi sorotan dunia karena dalam kenyataannya banyak aksi-aksi terorisme yang melibatkan sejumlah individu atau organisasi yang mengandung makna islam dan simbol-simbol islam sangat melekat dalam aksi serangan terorisme itu. Kita sebut saja seperti tragedi WTC pada September 2001, aksi bom bunuh diri Bali 2001, bom bunuh diri di Madrid 2004, bom bunuh  diri di London 2005, dan serangkaian aksi teror dan bom lainya. Bahkan yang baru-baru ini terjadi di Indonesia yaitu penyerangan gereja di Makassar dan teror di Mabes Polri yang semakin menambah daftar panjang dari kasus terorisme yang mengatas namakan agama ini.

Terlepas dari entah motif apapun itu yang melatar belakangi aksi teror dan kekerasan tersebut namun hal itu telah membuat stigma negatif terhadap islam bahkan menurut Ghifari Imam(2017), dunia kini telah menganggap bahwa terorisme identik dengan islam. Gerakan terorisme bukan lagi organisasi-organisasi sekuler semacam Japanese Red Army (JRA), Macan Tamil di Srilangka, Brigade Merah di Italia dan lain-lain, sebaliknya gerakan terorisme kini identik dengan islam seperti Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah. Upaya pemberantasan aksi teror  kini tidak cukup dengan hanya menangkap para pelakunya saja karena terbukti sudah banyak para aktor teroris yang ditangkap namun tidak membuat  aksi-aksi teror berikutnya berhenti karena penangkapa beberapa tokoh tersebut tidak sebanding dengan anggota baru yang berhasil direkrut, hal ini adalah karena aksis teror itu didasari oleh kepercayaan yang salah dan ideologi yang kuat, bahkan seorang mantan teroris Indonesia Ali Imron pernah mengatakan jika hanya butuh waktu 2 jam saja untuk membuat seseorang menjadi teroris. Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan  meskipun ada dugaan-dugaan  yang berkata jika yang membuat dan merancang jaringan dan aksi-aksi teror ini adalah rekayasa barat namun dalam realitanya ternyata dari islam pun sendiri memang ada orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk menjadi teroris, yang mengajarkan ilmu teror, menggembleng para calon teroris, dan meyakinkan orang-orang untuk mengikuti pemahaman islam ala teroris sehingga bisa dikatakan bahwa radikalisme dan terorisme bukan murni ciptaan barat, melainkan juga memang kenyataan nyata karena ada yang meyakini, memeluk, dan mengembangkannya dari kalangan umat islam sendiri.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, ada sekitar 200 juta masyarakat Indonesia yang beragama islam dengan berbagai macam aliran dan pemahaman yang kompleks dan terpolarisasi dalam beberapa organisasi keagamaan dan masyarakat yang berbeda-beda baik secara kultur maupun budaya. Hal yang mungkin dapat menjadi sebuah kebanggaan mengenai betapa kaya dan beragamnya bangsa ini, namun juga menjadi sebuah ancaman besar terhadap perpecahan dan disentegrasi bangsa. Salah satu bentuk dari ancaman-ancaman tersebut adalah sikap intoleran dan pemahaman yang dangkal terhadap agama sehingga menjadi bibit unggul dalam membentuk sikap radikal yang berujung kepada tindakan teror dan kekerasan.

Pentingya sikap toleransi dalam keberagaman merupakan poin penting untuk menjaga persatuan dan menghindari perpecahan dalam berbangsa dan bernegara. Menurut As’ad Said Ali (2019), isu terorisme dan politik identitas itu tidak dapat dilepaskan dari masalah toleransi beragama yang seakan seperti dua sisi dari satu keping mata uang yang sama, keduanya sulit dilepaskan. Tentunya dalam hal ini sangat pentig sekali  dan menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga dan merwatnya. Selain intoleransi sifat-sifat lainya seperti sifat pemikiran yang  fundamentalis terhadap agama dan  pemahaman yang dangkal terhadap agama juga merupakan penyebab tumbuhnya bibit-bibit sifat yang nantinya akan berujung pada radikalisme dan ekstremisme ini.

Makky A dkk (2019) menjelaskan bagaiman skema seseorang dapat memiliki ideologi islam yang radikal yaitu :

  1. Al-Hakimiyah, faham kadaulatan Allah, Pemahaman yang salah tentang Al-Qur’an dan as-sunah dan menolak hukum selainya.
  2. Mengkafirkan pemerintah dan aparat negara karena tidak sesuai dengan hukum Allah.
  3. Jahiliyah al’alam yaitu keyakinan jika masyarakat telah mengalami fase jahiliyah seperti masa nabi.
  4. Al Wala’ wa Al Bara’ yaitu paham yang meyakini kelompoknya yang paling benar dan harus dibela serta menganggap kelompok lainya salah dan harus dimusuhi.
  5. Dar al harb – Dar al kufri yaitu meyakini jika seluruh dunia ini adalah medan perang atau wilayah kufur.
  6. Al Jihad fi sabilillah yaitu perjuangan menggulingkan dan melawan pemerintah dan aparat negaranya serta kepada orang-orang yang berbeda agama dan dianggap musrik.
  7. Al amr ma’ruf bil ma’ruf nahi mungkar bil mungkar yaitu upaya kekerasan untuk menghilangkan kemungkaran yang diyakininya.
  8. Iqamah al khilafah ala minhaj al nubuwah yaitu cita-cita perjuangan mendirikan negara khilafah islamiyah yang dianggapnya solusi dari semua permasalahan saat ini.

Kejadian bom bunuh diri di gereja katedral Makassar terjadi baru-baru ini yang pelakunya ternyata adalah sepasang suami istri yang merupakan pasangan pengantin baru ,juga kasus teror di Mabes Polri yang pelakunya adalah seorang wanita muda  yang menerobos masuk ke Mabes Polri dengan membawa sebuah pistol dan menembaki petugas kepolisian. Setelah ditelusuri oleh pihak kepolisian didapatkan fakta mengenai identitas , motif, dan alasan dari para pelaku ini yang merupakan  milenia. Motifnya sama yaitu karena iming-iming jalan pintas ke surga dengan mati syahid dan karena anggapan jika sistem pemerintahan dan para penegak hukum di Indonesia ini adalah thogut, buatan barat yang berpihak ke kapitalis dan menekan umat islam. Bahkan jika kita lihat lebih jauh dari sebuah surat wasiat yang ditinggalkan salah satu pelaku sebelum memulai aksinya itu, ternyata mengungkap fakta jika awal mula penyebab motif pelaku tersebut selain karena iming-iming surga  adalah karena kesalah fahaman  dalam memaknai hukum dan ayat-ayat Allah yang disertai dengan sikap intoleran dan merasa paling benar sehingga berujung kepada sikap menyalah-nyalahkan dan mengkafirkan (Takfiri) sampai pada akhirnya juga salah memaknai makna jihad sebagai medan perang lewat aksi teror dan kekerasan.

Dari persoalan di atas dapat kita simpulkan jika sejatinya agama islam bukan agama yang mengajarkan kekerasan dan teror , bahkan sebaliknya islam seharusnya adalah agama yang ramah  sebagai rahmat al alamin. Namun karena pemahaman dan penafsiran yang salah dari beberapa orang dan golongan yang percaya akan iming-iming jalan pintas ke surga telah membuat stigma tentang islam yang ramah itu pun hilang. Fakta mengenai terorisme dan radikalisme sejatinya bukanlah ajaran islam namun  saat sekarang hal ini selalu melekat erat dengan islam dimata orang-orang barat karena baru sedikit dari kita yang bisa mencontohkan islam itu sebagai agama yang ramah sehingga tentunya menjadi tugas kita  sebagai generasi muda islam untuk menebakan wajah islam yang sesungguhnya ini.

DAFTAR RUJUKAN

Makky.A dkk(2019)Kritik Ideologi Radikal: Deradikalisasi Doktrin Keagamaan ekstream dalam upaya meneguhkan islam berwawasan kebangsaan,Kediri.Lirboyo Pers

Ali As’ad Said (2019) Islam,Pacasila dan Kerukunan Berbangs.Depok.LP3ES

Ghifari Iman (2017) Religios: Jurnal Agama dan Lintas Budaya. Radikalisme Di Internet.Vol.01 No.2 (hlm.123-134) Asghar, Ali. Men-Teroris-Kan Tuhan!, Gerakan Sosial Baru, Jakarta: Pensil

Disusun oleh: Tedi Nur Ilmi (Depnas 5 KMNU Nasional)

Leave A Reply

Your email address will not be published.