Ilmu-ilmu turats adalah ilmu-ilmu agama yang diwariskan dari generasi ke generasi melalui talaqqi menggunakan kitab-kitab mu’tabar. Ketersambungan sanad, baik riwayah, dirayah, maupun tazkiyah adalah salah satu ciri yang paling menonjol. Metode ini telah terbukti menghasilkan para tokoh besar Islam di setiap zaman.
Ulama zaman dahulu menyibukkan diri mereka dengan mempelajari ilmu-ilmu turats, hingga mereka pun menjadi pakar dalam ilmu-ilmu turats tersebut. Kepakaran yang mereka miliki mampu mereka terjemahkan di dalam perjuangan menegakkan agama Allah ﷻ melalui karya tulis, pidato, dan keterlibatan mereka dalam politik serta Harakah Islamiyah (pergerakan Islam).
Namun, lihatlah sekarang. Betapa banyak pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ilmu Harakah Islamiyyah dan melalaikan ilmu-ilmu turats. Ia lupa bahwa ilmu-ilmu turats adalah ilmu yang lebih utama bahkan paling utama. Hal ini menyebabkan mereka menjadi pincang ketika melibatkan diri dalam medan dakwah kelak. Ia lupa bahwa dakwah ini bukan sekadar mencari massa atau menjadi tenar belaka. Namun, ia menyimpan metode dan tujuan khusus yang tidak akan dipahami kecuali oleh mereka yang mempelajari ilmu turats dengan baik.
Mereka berangan-angan ingin menjadi seperti para tokoh agung Islam semisal Sultan Muhammad Al-Fatih atau Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, namun mereka tidak mau mengikuti jejak langkah tokoh Islam tersebut sebelum menjadi hebat seperti yang kita kenal sekarang ini. Hasilnya, mereka hanya berangan-angan belaka. Benarlah sabda Rasulullah ﷺ akan datang di akhir zaman Sufaha’ Al-Ahlam, para pemuda bodoh yang banyak bermimpi (Rujuk Shahih Muslim Kitab Al-Fitan).
Wahai saudaraku, tuntutlah ilmu sedalam-dalamnya dari para ulama yang shahih ilmunya; Asy’ari atau pun Maturidi dalam Aqidah, bermazhab dalam Fiqh, dan bertasawuf dalam akhlaknya. Bersambung sanadnya hingga Rasulullah ﷺ. Jangan sampai kita mempermalukan Islam dengan gerakan yang kita lakukan atas dasar kebodohan terhadap ilmu-ilmu turats. (Adhli al Karni)