Hutan itu Bernama Nahdlatul Ulama

NU itu ibarat hutan alam yang heterogen, yang didalamnya terdapat beragam jenis pepohonan. Meskipun berasal dari jenis yang berbeda namun semuanya saling bersatu padu untuk membentuk ekosistem yang lestari. Semuanya terdiri atas warna yang berbeda, namun tetap tampak hijau jika dilihat dari kejauhan. Di hutan heterogen, flora dan fauna dapat hidup dengan nyaman karena kebutuhan hidupnya terjaga dan terlindungi.

Dalam pertumbuhannya, pepohonan di hutan heterogen memang kalah cepat dengan hutan homogen.  Hal itu juga terjadi di NU, seringkali NU kalah progresif dengan organisasi lain yang relatif lebih baru. NU selalu tertinggal di berbagai bidang, misalnya dalam penguasaan media dan ekonomi.

Memang dalam hal kecepatan tumbuh, hutan heterogen kalah dengan hutan homogen. Namun dalam berbagai aspek lain, hutan heterogen jauh lebih unggul. Seperti dalam hal perlindungan kawasan, pengawetan plasma nutfah, ketahanan terhadap penyakit, sebagai tempat tinggal bagi beragam makhluk hidup di dalamnya dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Di usianya yang hampir menginjak 1 abad, NU terbukti masih eksis berkiprah untuk kemajuan bangsa dan negara. Padahal dalam rentang waktu tersebut sudah banyak organisasi yang bubar. NU juga masih tetap menjadi organisasi yang menjunjung persatuan, kesatuan dan kebinekaan di Indonesia. Selain itu, NU dipandang sebagai organisasi Islam yang ramah dan moderat. Meskipun NU adalah organisasi khusus untuk pemeluk agama Islam, namun di beberapa daerah sering terdengar adanya anekdot tentang warga non-muslim yang mengaku sebagai warga NU. Mereka menyebut dirinya sebagai anggota NU cabang Katolik, NU cabang Hindu dan sebagainya.

Sebagai warga NU, tentunya kita sudah mafhum dengan hal seperti. Perbedaan di dalam tubuh NU bukanlah suatu ketidakkompakkan, tapi ini adalah kekayaan pemikiran  dan sikap yang sangat jarang ditemui di organisasi yang lain. Semua komponen yang berada dalam tubuh NU saling melengkapi dan menguatkan. Perbedaan yang ada bukan untuk dibanding-bandingan ataupun dinilai, karena perbedaan adalah rahmat dari Allah SWT.

Maka dari itu marilah kita menjadi bagian dari tunas-tunas NU yang dapat berasosiasi dan memberikan manfaat kepada ekosistem hutan. Jangan malah menjadi benalu yang hanya memberikan beban bagi pohon yang dihinggapinya. (Muhammad Dliyauddin, Mahasiswa Kehutanan UGM dan anggota KMNU UGM)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.