Candaan Mesra Rasulullah dengan Aisyah

Kemesraan pasangan suami istri terkadang tidak bertahan lama. Kemesraan tersebut hanya bertahan beberapa saat setelah pernikahan. Hanya sedikit pasangan suami istri yang mampu merawat kemesraanya hingga masa tua baik dengan candaan atau lainnya. Melihat fenomena itu, maka marilah kita tiru teladan bagaimana Rasulullah bercanda dengan istrinya, Aisyah.

Sungguh Rasulullah SAW itu bersendau-gurau dengan para istrinya, hingga Rasulullah menurunkan derajat akalnya menyamai para istrinya dalam hal perbuatan ataupun akhlak. Diriwayatkan bahwasannya Rasulullah SAW pernah berlomba lari dengan Aisyah. Terkadang Aisyah menang, terkadang juga Nabi SAW yang menang.

Suatu ketika Rasulullah SAW sedang bersendau-gurau dengan istrinya, kemudian Aisyah berkata : “Saya mendengar suara-suara manusia dari kaum Habasyah, dan selain mereka”. Saat itu, mereka sedang bermain di hari asyura.

Rasulullah berkata: “Apakah kamu suka melihat mereka bermain, Asiyah?”

Aisyah menjawab: “Iya”

Kemudian Rasulullah memerintahkan mereka datang, kemudian Rasulullah berdiri di antara dua pintu. Setelah itu, Rasulullah meletakkan kedua telapak tangan beliau yang mulia dan memanjangkan tangan beliau. Aisyah meletakkan janggutnya di atas tangan Rasulullah sambil melihat mereka terus bermain.

Setelah beberapa lama Rasulullah bertanya: “Apakah sudah cukup Aisyah?”

Aisyah menjawab: “Uskut (diam)”. Perkataan itu berulang dua sampai tiga kali.

Rasulullah bertanya kembali: “Apakah sudah cukup, wahai Aisyah?”

Aisyah menjawab: “Iya, Cukup”.

Rasulullah memberikan isyarat kepada mereka, kemudian mereka membubarkan diri. Dan Rasulullah berkata: “Orang mukmin yang sempurna iman, dan yang bagus akhlaknya adalah mereka yang sayang kepada keluarganya”.

Rasulullah bersabda: “Seseorang yang paling baik dari kalian adalah orang yang paling baik kepada istrinya. Dan aku adalah orang yang terbaik kepada istri-istriku.”

Berikut merupakan teladan Rasulullah yang dapat kita contoh dan teladani bersama. Selain itu, para sahabat Rasulullah juga memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada kita tentang sesuatu yang berkaitan dengan suami dan keluarganya.

Sahabat Umar degan sifat kerasnya itu berkata: “Seyogyanya suami kepada keluarganya itu seperti kepada anak kecil. Ketika mereka menginginkan apa-apa yang ada di depan suaminya, maka suami hendaknya mewujudkannya dengan gentle.”

Lukam berkata: “Hendaknya bagi orang yang berakal, perlakuan mereka kepada keluarganya itu seperti anak kecil. Ketika mereka ingin sesuatu, ia hendaknya mewujudkannya dengan gentle

Dalam tafsir khobr diriwayatan, bahwa sesungguhnya Allah itu benci dengan lelaki yang keras kepada keluarganya. Diceritakan, yang dimaksud keras yaitu keras kepada keluarganya dengan menyombongkan dirinya sendiri. Keras dalam Alqur’an itu disebutkan dengan kata “utlun”. Al-Utlu itu adalah perkataan lisan yang keras hatinya kepada keluarganya.

(Hamzah Alfarisi/DK)

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.