MAAF DAN MEMAAFKAN

Hidup bagaikan roda yang terkadang berada di bawah dan terkadang berada di atas. Ada waktunya berada di atas dengan penuh kelancaran, kesuksesan, keberhasilan, dan hal-hal lain yang menyenangkan hati. Ada kalanya pula berada di bawah dengan penuh penderitaan yang menyakitkan.

Sepatutnya sebagai manusia berpikir secara jernih dalam menyikapi kehidupan ini. Jangan merasa putus asa ketika berada di bawah dengan kehidupan seakan dipenuhi penderitaan. Jika merujuk pada Qur’an Surat Al-Isra ayat 11, manusia ketika dalam keadaan susah dan sengsara berdo’a kepada Allah untuk meminta hal yang buruk seperti mengakhiri hidup atau apapun yang seakan-akan sama halnya mereka meminta kebaikan kepada Allah. Memang tidak bisa dipungkiri, begitulah sifat manusia.

وَيَدْعُ الْاِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاۤءَهٗ بِالْخَيْرِۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ عَجُوْلً

“Dan Manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.”(QS Al-Isra: 11).

Ketika berada di atas, terkadang seseorang merasa angkuh dan sombong bahkan sampai menyakiti orang lain, padahal posisi di atas tersebut hanya bersifat sementara dan orang lain pasti akan merasakan posisi di atas tersebut. Sangatlah sulit menghindari hal-hal yang dapat menyakiti orang lain karena memang manusia hidup secara berdampingan satu sama lain sehingga pasti akan ada konflik atau masalah yang timbul.

Masalah yang timbul di antara manusia tidak berarti akan bertahan selamanya. Manusia sangatlah beruntung karena terdapat kata “maaf” di dunia ini. Dengan maaf dan memaafkan yang dibarengi hati yang tulus dapat mencegah perkelahian antara dua teman baik, dengan maaf-memaafkan dapat menghentikan sebuah kasus tuntutan di pengadilan, dan dengan maaf-memaafkan dapat mewujudkan perdamaian negara yang saling berperang. Namun perlu diketahui, maaf-memaafkan di antara manusia menjadi sebuah hal yang susah susah mudah untuk dilakukan. Meminta maaf diperlukan sikap bagaikan kesatria untuk dapat mengakui segala kesalahan kepada orang lain. Tapi memaafkan juga bukan perkara yang mudah karena membutuhkan kelapangan dada untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain. Qur’an Surat Ali Imran ayat 134 menjelaskan bahwa seorang Muslim yang bertakwa dianjurkan untuk mengambil paling tidak satu dari tiga sikap dalam menghadapi seseorang yang melakukan kesalahan kepadanya. Sikap tersebut adalah menahan amarah, memaafkan, dan berbuat baik terhadapnya.

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

“(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 134).

Maaf-memaafkan telah menjadi hal yang melekat erat bagi masyarakat Indonesia, bahkan telah menjadi sebuah tradisi yang dilakukan ketika momen Idul Fitri. Tradisi ini pertama kali dicetuskan oleh Kiai Wahab Chasbullah yang tak lain adalah Halal Bihalal. Jadi, tidak perlu diherankan lagi ketika Idul Fitri dan setelahnya terpadat banyak sekali acara bertema Halal Bihalal dari mulai lingkungan keluarga besar, kantor, sekolah, hingga lingkungan organisasi. Dalam lingkungan organisasi, Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) merupakan salah satu organisasi yang lekat dengan tradisi Halal Bihalal.

Alhamdulillah, di usia yang terbilang masih cukup muda ini, KMNU dapat melaksanakan Halal Bihalal pada tanggal 29 Mei 2021 secara daring. Acara Bihalal yang dihadiri oleh Menteri Agama Republik Indonesia, H. Yaqut Cholil Qoumas berlangsung dengan khidmat hingga akhir acara. Alumni (AL KMNU) juga turut hadir dalam acara Halal Bihalal tersebut untuk bersilaturahmi dan juga memberikan sedikit wejangan kepada pengurus KMNU Pusat. Meuthia Rizqi selaku penanggungjawab acara Halal Bihalal merasa sangat terkesan dan berharap dengan adanya acara tersebut dapat menjaga tali silaturahmi antara pengurus KMNU Pusat dengan alumni (AL KMNU). Presidium Nasional 1 KMNU Pusat, Fadjroel Rahman juga berharap dengan adanya acara Halal Bihalal ini, memberikan semangat dan hikmah bagi pengurus KMNU Pusat dalam mengemban amanah menjalankan roda kepengurusan organisasi KMNU ini.

Disusun oleh: Khoirul Fanani (Depnas 2 KMNU Nasional)

halal bihalalMaafMemaafkan
Comments (0)
Add Comment