Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Apa kabar sobat KMNU? Semoga dalam keadaan sehat afiat dan tentunya semangat menebar manfaat dalam mewujudkan kesejahteraan peradaban umat. Aamiin Yaa Allah Yang Maha Rahmat.
Oh, ya. Insyaa Allah bahasan kita kali ini ihwal perbedaan antara UJIAN, AZAB, dan ISTIDRAJ. Pasti kita semua tidak lah asing dengan tiga istilah tersebut. Akan tetapi, acap kali kita bingung membedakan ketiganya ketika berposisi di salah satu di antara tiga keadaan itu. Oleh karena itu, wawasan penting ini harus disampaikan lebih luas dan semoga dapat dipahami bagi setiap kalangan, khususnya generasi milenial dan generasi Z.
UJIAN, AZAB, dan ISTIDRAJ merupakan kondisi yang Allah Ta’ala berikan kepada para hamba-Nya dengan beragam tujuan. Salah satunya mengingatkan supaya kembali pada jalan yang benar atau memperingatkan bahwa hidayah-Nya tidak akan berpihak pada hamba-Nya. Na’udzubillahi Min Dzalik, ya teman-teman. Baik, kita bahas satu persatu dari “tiga bersaudara” tersebut, ya.
Pertama, UJIAN. Secara harfiah berarti suatu cara yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu, hasil menguji, dan cobaan. Apabila disederhanakan lagi dan disesuaikan dengan konteks kehidupan kita sehari-hari, UJIAN dapat dimaknai sebagai sebuah uji coba yang datang atas izin Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya yang giat ibadah (mahdlah-ghairu mahdlah). Kita pasti bertanya-tanya, mengapa seorang mukmin yang telah taat kepada Allah Azza Wa Jalla, tetap saja diberi musibah berupa UJIAN?
Ya, mungkin dari pembaca yang budiman pernah berpendapat bahwa hal itu sengaja Allah berikan pada hamba-Nya yang taat ibadah untuk menguji seberapa kokoh, kuat, dan istiqomahnya dalam beribadah ikhlas karena Allah Ta’ala walau sedang ditimpa musibah. Contoh, Si Fulan rajin jama’ah shalat fardhu di masjid, tahajjud dan dhuha saban hari, selalu birrul walidain, dan sekuat tenaga menjauhi maksiat. Akan tetapi, suatu hari Allah berikan sebuah musibah berupa pencabutan terhadap salah satu nikmat dari mulut Fulan, yaitu sakit gigi. Nah, musibah inilah yang disebut dengan UJIAN. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Ankabut ayat 2: “Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”.
Kedua, Azab. Secara maknawi merupakan siksa Tuhan yang diganjarkan kepada manusia yang meninggalkan perintah dan melanggar larangan agama. Jelas sudah, istilah ini menjadi konsumsi diksi sehari-hari. Hal ini tidak lepas dari pengaruh salah satu sinetron di channel tv nasional dengan mengambil tema azab. Akan tetapi, pandangan di tengah masyarakat umum antara AZAB dan UJIAN dianggap sama. Ya, memang keduanya sama dalam arti sebuah musibah yang Allah turunkan kepada hamba-Nya. Namun, perbedaannya jelas, yakni terletak pada status hamba tersebut. Apakah ia rajin beribadah ikhlas karena Allah Ta’ala atau sebaliknya, yaitu hamba yang lalai bahkan meninggalkan perintah Allah Yang Maha Kuasa. Boleh jadi dengan melalui azab yang diberikan, hamba-Nya kembali ingat dan mulai mendekat dengan Allah Yang Maha Rahmat. Selaras dengan dalil yang tercantum dalam Surah Asy-Syura ayat 30: “Dan musibah apa pun itu yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan dosa kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahan kalian)”.
Ketiga, ISTIDRAJ. Dapat diartikan seuatu pemberian nikmat yang cukup oleh Allah kepada hamba-Nya yang kufur nikmat, selalu maksiat, dan tidak kunjung bertaubat. Istilah maknawi lainnya adalah sebagai wujud penangguhan siksa dunia untuk dilipatgandakan di akhirat kelak. Sesuai dengan hadis berikut: “Dari Uqbah bin Amir RA, dari Rasulullah SAW, “Apabila engkau melihat Allah mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan keinginannya, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj dari-Nya”. Oleh karena itu, ISTIDRAJ di kalangan muslimin muslimat atau mukminin mukminat sangatlah diwanti-wanti, sebab istidraj lebih mengerikan daripada azab. Di sisi lain juga menunjukkan betapa pentingnya selalu bermuhasabah diri setiap sebelum tidur untuk mendeteksi sejak dini, apakah kita tergolong hamba yang sedang mendapat ujian, azab, atau bahkan istidraj? Semoga bermanfaat dan kita bermunajat supaya senantiasa dilindungi oleh Allah SWT. dari ketiga musibah tersebut sehingga dapat menjadi hamba-Nya yang beriman lagi bertakwa. Aamiin Yaa Rahman Yaa Rahiim. Wallahu A’lam Bisshawab.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Oleh : Muhamad Eka Arifansyah ( KMNU Universitas Sriwijaya)